Para seniman pecinta seni dan peduli lingkungan dari Rumah Budaya Riau, akan membangun Laboratorium Budaya Siku Keluang di Desa Koto Lamo, Kabupaten Kampar Kiri, atau dalam kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling, Provinsi Riau.Pembangunan laboratorium ini sekaligus dapat mendorong partisipasi masyarakat menjaga adat dan hutan "perawan" serta mendukung pelestarian kawasan Suaka Margasatwa (SM) Bukit Rimbang Bukit Baling yang memiliki luas kini 141.226,25 hektare itu
"Keberadaan laboratorium itu ke depan diharapkan menjadi sarana komunikasi yang baik untuk meninjau dan melihat apa saja yang terjadi di sana sesuai kebutuhan seniman dan pengunjung," kata Pengurus Sekretariat Rumah Budaya, Siku Keluang, Adhari Donora, SSn, MA
di Pekanbaru, Jumat.
Menurut Adhari, pengertian sebuah laboratorium adalah suatu tempat sebagai sarana dilakukan kegiatan kerja untuk menghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan lain-lain.
Namun perbedaannya. katanya, di laboratorium Budaya Siku Keluang akan dilengkapi juga dengan ruang pertemuan, tempat menginap, ruang penelitian atau sebagai sarana yang bisa memenuhi kebutuhan sesuai dengan kondisi alam di Rimba Baling.
Laboratorium ini akan dibangun secara swakelola dari seniman lokal, nasional dan asing, yang peduli terhadap lingkungan dan dijadwalkan April 2019 pembangunan Laboratorium ini selesai.
Khusus di Desa Koto Lamo Rumah Budaya bekerja sama dengan Datuk Pucuk di sana agar kegiatan ini bisa dilakukan bersama dan masyarakat adat. dan mendapat keuntungan.
Pembangunan laboratorium ini, katanya, sekaligus dapat mendorong partisipasi masyarakat menjaga adat dan hutan "perawan" serta mendukung pelestarian kawasan Suaka Margasatwa (SM) Bukit Rimbang Bukit Baling yang memiliki luas kini 141.226,25 hektare itu.
Rimbang Baling dijadikan sebagai Suaka Margasatwa berdasarkan SK Gubernur Kdh Tk I Riau no.KPts.149/V. 1982 pada 21 Juni 1982, sebelumnya kawasan ini dikelola sebagai hak penguasaan Hutan (HPH).
Kawasan ini kaya akan ekosistem sebagai hutan hujan dataran rendah, dan memiliki kekayaan hayati seperti jenis tumbuhan langka seperti mempening, mersawa, kempas, bunga bangkai, mempening, kulim, pulai, kuranji dan lain-lain.
Terdapat 170 jenis burung dan 50 jenis mamalia termasuk tapir, rusa, kukang, siamang, unko, simpai, beruang madu, ajak , kambing hutan serta lima jenis kucing berbagai ukruna, seperti ahrimaua sumatera, manca dahan, kucing emas, kucing hutan dan kucing batu.
Gajah Sumatera juta tercatat pernah hidup di hutan Rimbang Baling namun diperkirakan banyak punah. Rimbang Baling terletak di sekitar 90 km arah Selatan dari Pekanbaru, demikian Adhari Donora.
Baca juga: KLHK temukan alat berat buka hutan Kampar
Baca juga: Kawasan Gambut Kampar Dapat Dikelola Secara Ekonomis
Baca juga: Penerapan Ekohidro di Ring-Semenanjung Kampar Perlu Disempurnakan
Baca juga: Hutan Semenanjung Kampar Terancam Kanal Liar
Pewarta: Frislidia
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019