• Beranda
  • Berita
  • Pengembangan museum adalah investasi jangka panjang

Pengembangan museum adalah investasi jangka panjang

30 Maret 2019 01:32 WIB
Pengembangan museum adalah investasi jangka panjang
Beberapa meriam peninggalan Kesultanan Buton mengarah ke laut di atas Benteng Keraton Buton di Kota Mara Baubau, Sulawesi Tenggara, Selasa (19/2/2019). Guinness Book of Record dan Museum Rekor Indonesia mencatat benteng yang dibangun pada pemerintahan Labuke Sultan Gafurul Wadudu 1632 luasnya mencapai 22,8 hektar dan panjang kelilingnya mencapai 22,7 kilometer sebagai Benteng Terluas di Dunia. (ANTARA FOTO/JOJON)
Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud, Fitra Arda, mengungkapkan bahwa kegiatan pertemuan yang membicarakan masalah cagar budaya dan permeseuman di tanah air tidak hanya membahas terkait pembangunan program fisik semata tetapi pengembangan museum itu merupakan investasi jangka panjang yang harus dijaga dan dilestarikan demi generasi masa yang akan datang.

"Museum harus mampu menghadapi tantangan global di mana kontak antarbudaya tidak dapat dielakkan, termasuk berani menghadapi image museum yang dianggap kuno dan antik, kemudian mengubahnya menjadi sesuatu yang menyenangkan dan banyak dicari orang," kata Fitra, saat menghadiri Pembukaan Rakornas Permuseuman 2019 di salah satu hotel di Kendari, Jumat.

Ia mengatakan, tugas dari Direktorat Jenderal Kebudayaan adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kebudayaan, seperti kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, dan warisan budaya. Ini artinya bahwa apa yang patut dilakukan agar museum terus berperan di tengah-tengah kemajuan daerah dan harus mendapat perhatian dari seluruh pemangku kepentingan baik pusat maupun di daerah.

Museum tidak boleh menjadi lembaga yang pasif, tetapi sebaliknya museum harus peserta aktif dalam pembangunan. Bisa diungkapkan atau menggunakan bahasa bahwa apabila publik tidak datang ke museum, maka museum yang datang ke publik.

Menurut Fitra Arda, ke depan agar museum itu selalu dicintai orang maka, benda-benda koleksi yang dipamerkan harus dirancang sedemikian rupa termasuk menunjukkan adanya isu-isu masa kini yang berjalan dengan fakta sejarah.

Begitu juga bila ada kegiatan yang dilakukan di museum tidak sekedar melihat benda koleksi yang indah, tetapi bagaimana agar yang datang ke museum pulang tetapi ingin kembali datang ke museum karena museum dianggap mempunyai daya tarik tersendiri.

"Ada yang membuat kita bangga saat ini, bahwa dari ratusan museum yang ada di tanah air, beberapa museum diantaranya yang sudah mengelola museum dengan membolehkan museumnya digunakan untuk acara-acara kegiatan kemasyarakatan, melakukan seminar untuk mengasah intelektual, dan yang terpenting museum tidak digunakan untuk sebagian kecil orang saja," tuturnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kemenko-PMK, Nyoman Shuida, mengungkapkan bahwa kegiatan museum ke depan, harus berani melangkah dan tidak membatasi diri dengan mengategorikan museum sebagai kebudayaan material, tetapi harus mampu mengintegrasikan multi disiplin ilmu dalam menampilkan perkembangan dan keterkaitan kebudayaan masyarakat sesuai dengan ekologi dunia, yang tetap terbungkus menyenangkan.

Baik Deputi Bidang Koordinasi kebudayaan maupun Direktur Pelestarian cagar budaya dan Museum menyebutkan bahwa sebagai bentuk keseriusan pemerintah pusat untuk meningkatkan peran museum di tanah air, saat ini sedang dialokasikan dana yang cukup besar dalam membenahi berbagai kegiatan fisik maupun non fisik terkait pelestarian budaya dan museum.

"Khusus kegiatan kebudayaan dan museum di Sultra, pada 2019 disediakan dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp3 miliar lebih yang meliputi kegiatan kebudayaan sebesar Rp1,6 miliar dan kegiatan museum sebesar Rp1,4 miliar," tuturnya.*


Baca juga: Museum Siginjei Jambi akan gelar lomba permainan tradisional

Baca juga: Tulungagung bangun museum peradaban pada 2020


 

Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019