Kepala Perwakilan BI Provinsi Papua Barat Donny Heatubun di Manokwari, Jumat, berharap warga memahami ciri-ciri keaslian mata uang rupiah.
"Tidak menutup kemungkinan ada oknum yang melancarkan aksi money politics dengan menggunakan uang palsu. Bisa jadi mereka melakukan serangan fajar pakai uang palsu," kata Donny.
Menelang pemilu BI pun telah mengambil langkah antisipasi agar hal ini tidak terjadi di Papua Barat. Beberapa waktu lalu dilaksanakan sosialisasi ciri-ciri uang asli. Aparatur sipil negara (ASN), TNI, Polri dan swasta, hadir pada kegiatan tersebut.
"Serangan fajar biasanya subuh-subuh, kalau tidak teliti masyarakat sulit membedakan mana uang asli dan palsu," ujarnya.
Sejauh ini, kata Donny, peredaran uang palsu di wilayah Papua Barat, Papua dan Maluku relatif kecil. Tahun lalu pihaknya hanya mendapati 13 lembar pecahan Rp100.000 dan April ini ditemukan satu lembar.
"Beda dengan daerah Jawa, kasusnya banyak. Meskipun demikian kami tetap wajib mengantisipasi, terutama pada momentum pemilu dan hari raya," kata Donny.
Menurut dia, uang palsu yang beredar di Papua Barat berasal dari Jawa. Di Papua Barat belum ada pelaku yang memproduksinya.
BI akan terus menyosialisasikan keaslian uang rupiah hingga daerah terpencil. Pihaknya ingin masyarakat di seluruh pelosok memahami ciri-ciri uang asli.
"Membedakan uang palsu dengan yang asli dapat dilakukan dengan cara 3D, yakni dilihat, diraba dan diterawang. Uang palsu yang beredar kebanyakan pecahan Rp100.000 danRp50.000," katanya.
Baca juga: BPN duga ada "serangan fajar" lain yang belum terungkap
Baca juga: Bawaslu tingkatkan pengawasan antisipasi "serangan fajar" pemilu
Baca juga: Pengacara: Uang "serangan fajar" Bowo Sidik berasal dari menteri
Baca juga: Nusron Wahid bantah minta Bowo siapkan amplop "serangan fajar"
Pewarta: Toyiban
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019