"Sekretaris Jenderal terus kembali menyatakan bahwa Rencana Aksi Gabungan Menyeluruh (JCPOA) merupakan prestasi besar dalam anti-penyebaran nuklir dan diplomasi dan telah memberi sumbangan bagi ekamanan serta perdamaian regional dan internasional," kata Farhan Haq dalam satu taklimat.
Kesepakatan bersejarah itu antara Iran kelompok negara P5+1 -- kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman-- memberlakukan pengekangan ketat atas program nuklir Iran sebagai imbalan bagi pencabutan sanksi lama AS.
Presiden Iran Hassan Rouhani pada Rabu mengancam akan keluar dari kesepakatan tersebut dalam waktu 60 hari jika kepentingan Teheran tidak dilindungi.
Iran juga bersiap melanjutkan kegiatan pengayaan uraniumnya kapan saja diperlukan, kata Kepala Badan Tenaga Atom Iran Ali Akbar Salehi.
"(Guterres) sangat berharap bahwa Rencana Aksi Gabungan Menyeluruh dapat dipelihara," kata Haq, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.
Tahun lalu, Presiden AS Donald Trump membawa Washington ke luar dari kesepakatan nuklir itu, dan apa yang mengikuti adalah kegiatan "tekanan maksimal", yaitu pemerintah Trump menjatuhkan kembali sanksi ekonomi atas sektor energi dan perbankan Iran. Washington juga mengakhiri keringanan sanksi buat negara yang membeli minyak Iran.
Sumber: Anadolu Agency
Baca juga: Kremlin salahkan AS atas kemunduran kesepakatan nuklir Iran
Baca juga: Iran tetapkan tenggat 60-hari bagi pembaruan kesepakatan nuklir
Baca juga: Iran tunjuk dubes PBB di tengah ketegangan dengan Washington
Baca juga: AS pertimbangkan sanksi baru atas Iran
Baca juga: Negara besar, kecuali AS, berupaya selamatkan perjanjian nuklir Iran
Baca juga: Teheran inginkan Eropa ambil tindakan mengenai perjanjian nuklir
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019