• Beranda
  • Berita
  • Sekolah Lapang Iklim peran BMKG dukung ketahanan pangan

Sekolah Lapang Iklim peran BMKG dukung ketahanan pangan

23 Mei 2019 12:28 WIB
Sekolah Lapang Iklim peran BMKG dukung ketahanan pangan
Pose bersama peserta sekolah lapang iklim (SLI) di Kupang, Kamis, (23/5). (FOTO ANTARA/Bernadus Tokan)

BMKG sudah memiliki alumni SLI antara 500-600 orang yang tersebar di seluruh NTT


Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Apolinaris Geru mengatakan, sekolah lapang iklim (SLI), merupakan bagian dari peran BMKG dalam mendukung program ketahanan pangan.

"SLI untuk mendukung ketahanan pangan, dan peran kami di sini adalah memberikan informasi iklim secara cepat, tepat dan akurat kepada para petani untuk menanam pada waktu yang tepat," katanya pada pembukaan SLI-Sosialisasi Agroklimatologi Provinsi NTT di Kupang, Kamis.

Dia mengatakan, BMKG senantiasa memberikan informasi iklim kepada masyarakat. Informasi yang diberikan itu tidak saja melalui media sosial, tetapi juga melalui kegiatan SLI.

Menurut dia, selama ini para petani sering terjebak hujan tipuan karena tidak memahami informasi iklim yang benar, dan berakibat pada gagal tanam maupun gagal panen.

Karena itu, sejak 2011, BMKG memberikan pelatihan mengenai iklim bagi para petani maupun petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL), agar bisa memberikan informasi iklim kepada para petani.

Saat ini, kata dia, BMKG sudah memiliki alumni SLI antara 500-600 orang yang tersebar di seluruh NTT. Mereka terdiri atas petugas Dinas Pertanian, PPL, babinsa TNI serta para petani.

Para alumni ini berperan memberikan informasi tentang iklim kepada masyarakat, terutama para petani di daerah-daerah agar bisa menanam secara tepat waktu.

Dia mengakui, tingkat pemahaman petani tentang iklim masih rendah, sehingga walaupun informasi ada, tetapi kalau tidak dipahamai juga sama saja.

Tetapi dengan adanya para alumni SLI ini, katanya, mereka bisa memformulasikan bahasa yang lebih sederhana untuk bisa dipahami oleh para petani.

"Contoh seperti istilah ada atas normal, di bawah normal, dasarian. Itu kan orang bingung," katanya.

Artinya, paling tidak masyarakat bisa memahami bahwa di daerah itu sudah benar-benar memasuki musim hujan dan sudah bisa mulai menanam, demikian  Apolinaris Geru.


Baca juga: BMKG kembali gelar sekolah iklim bagi petani Kupang

Baca juga: Legislator dorong sekolah lapang iklim untuk produksi pertanian


Baca juga: Petani Temanggung ikuti sekolah lapang iklim

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019