• Beranda
  • Berita
  • Resensi buku - Kisah berhikmah pekerja migran Indonesia

Resensi buku - Kisah berhikmah pekerja migran Indonesia

12 Juni 2019 10:36 WIB
Resensi buku - Kisah berhikmah pekerja migran Indonesia
Cover buku Kisah Berhikmah (ANTARA/Dyah Sulistyorini)
Beberapa jenis pekerjaan manusia yang sifatnya prediktif dan terukur telah diambil alih oleh komputer berperforma tinggi. Komputer canggih yang dilengkapi dengan program kecerdasan buatan (Artificial Intelligent/AI) itu memungkinkan bekerja, berpikir dan melakukan aksi secara mandiri.

Sadar atau tidak, keseharian manusia modern banyak menggunakan kecerdasan buatan. Contohnya fitur auto-correct di ponsel pintar dan penggunaan mesin pencari.

Aplikasi umum kecerdasan buatan juga telah banyak digunakan di bidang kesehatan antara lain untuk mengelola rekam medis, mendesain perawatan dan pemantauan kesehatan, perawat virtual, penciptaan obat, presisi pengobatan dan banyak lagi.

Kecerdasan buatan juga berkembang pesat pada sektor jasa keuangan seperti aplikasi Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak dan lainnya.

Aplikasi kecerdasan buatan lainnya dapat dilihat pada konsep kota cerdas (smart city).

Kota cerdas yang menggunakan televisi sirkuit tertutup (CCTV) untuk kanal masuknya data, juga menggunakan aplikasi yang menghimpun laporan dari warga.

Partisipasi warga berupa informasi tentang lambannya birokrasi, kondisi lingkungan bahkan bencana akan masuk dalam dasbor pemerintah yang ditampilkan berbentuk grafik representatif agar mudah dibaca.

Dasbor informasi terpusat tersebut, membantu pemangku kepentingan untuk mengambil tindakan agar tata kota makin efisien, kualitas layanan meningkat dan warganya makin sejahtera.

Memang bersatunya teknologi dan pengetahuan telah banyak mengambil alih pekerjaan manusia. Ambil contoh konsumen jasa transportasi berbasis sepeda motor makin dimanja ketika layanan itu telah menggurita menjadi “one-stop service application” dimana pelanggan dapat melakukan pemesanan aneka jasa hanya dari satu aplikasi. Berapa banyak jenis pekerjaan yang terlibas akibat inovasi itu.

Agaknya perlu definisi ulang jenis pekerjaan yang hanya mampu dikerjakan manusia. Seluruh sektor telah dirambah, hal ini dipercepat oleh peningkatan konektivitas dan ketergantungan bisnis dengan pasar dunia, termasuk pasar tenaga kerja.

Apa kabarnya tenaga kerja?, khususnya tenaga kerja migran asal Indonesia yang kerap menyandang gelar pahlawan devisa?

Ada saatnya perannya mulai terancam oleh dominasi kecerdasan buatan yang terbukti mampu mendongkrak produksi dan kualitas barang dan jasa. Saat ini mudah ditemui robot pembersih lantai, robot barista yang siap membuat puluhan pesanan kopi seketika, bahkan telah dikembangkan robot yang mampu menemani manusia lanjut usia.

Namun jangan berkecil hati, setidaknya hingga saat ini, karena kecerdasan buatan belum menggapai wilayah "kesadaran".

Kesadaran berasal dari akar kata sadar yang berarti insaf; merasa; tahu dan mengerti (KBBI) sehingga kesadaran berarti keinsafan; juga berarti keadaan mengerti.

Kesadaran memang masih menjadi milik manusia seutuhnya, sampai tiba saatnya ditemukan algoritmanya. Kelak kalaupun algoritma kesadaran berhasil ditemukan dan ditanam pada robot, manusia tetap memiliki pilihan untuk memelihara kesadarannya.

Mungkin tidak berlebihan bila ada upaya meningkatkan kesadaran manusia melalui pembelajaran kisah-kisah serupa sebelumnya. Kisah hidup otentik itu setidaknya memperluas wawasan manusia.

Kumpulan Kisah Berhikmah

Telah terbit buku berjudul Kisah berhikmah: kumpulan karya terbaik pekerja migran Indonesia dari berbagai Negara, dengan editor Naning Pranoto. Buku setebal 289 halaman (21 cm) ini diterbitkan oleh Penerbit Kosa Kata Kita, Jakarta pada 2017.

Buku ini berisi 25 karya terbaik pekerja migran Indonesia yang mengikuti Lomba Menulis Kisah Berhikmah BMI (Buruh Migran Indonesia) – Tingkat Internasional tahun 2017. Lomba ini diprakarsai oleh Yeni Fatmawati F. Idris.

Yeni Fatmawati adalah Managing Partner Indonesian Consultant at Law (ICLaw). Pengacara yang memiliki keahlian sebagai pelukis, pematung dan penyair itu memiliki perhatian besar pada bidang literasi sastra dan seni rupa.

Menurut Yeni, buku kompilasi tulisan hasil lomba tersebut isinya menarik dan bernas. “Banyak hikmah yang bisa diambil dari isi buku ini sebagai guru sejati kehidupan” (halaman xiii).

Yeni berharap agar buku itu dapat mengedukasi pembacanya menjadi manusia yang jujur, religius, memiliki etos kerja tinggi, bertoleransi dan penuh kasih sayang. Selain itu juga memberikan pemahaman makna bekerja secara profesional untuk keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan jiwa serta raga.

Buku itu layak dijadikan panduan bagi siapa saja yang ingin bekerja di luar negeri sebagai pekerja migran formal yakni di lingkup perusahaan atau lembaga maupun lingkup nonformal untuk urusan domestik/rumah tangga.

Bertindak selaku editor buku adalah Naning Pranoto, seorang sastrawan dan penggiat literasi Indonesia. Naning hingga tahun 2010 telah menghasilkan 20 judul novel dan ratusan cerita pendek, sejumlah buku non fiksi serta karya ilmiah yang ditulis di berbagai jurnal.

Naning menyebutkan tujuan lomba adalah untuk menumbuhkan minat menulis dan menyuburkan perkembangan gerakan literasi bagi pekerja migran Indonesia di manapun berada. Sedangkan misinya adalah mengusung gerakan edukasi berpikir kritis-kreatif dan terapi melalui pena untuk pekerja migran Indonesia.

Semoga kualitas informasi yang baik dan terverifikasi dapat menjadi salah satu input untuk meningkatkan kesadaran. Paling tidak pembaca dapat melihat kisah keberhasilan dan belajar agar tidak melakukan kesalahan serupa. Harapannya pekerja migran Indonesia memiliki kapasitas dan kapabilitas ekselen sekaligus utuh harkat kemanusiannya.

*) Dyah Sulistyorini adalah Magister Komunikasi dari Paramadina Graduate School of Communication

Baca juga: Kemnaker koordinasi stakeholder lindungi pekerja migran Indonesia

Baca juga: Target zero shelter KBRI Amman tercapai

 

Pewarta: Dyah Sulistyorini *)
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019