• Beranda
  • Berita
  • Ecoton sebut udang di tambak Sidoarjo terindikasi mikroplastik

Ecoton sebut udang di tambak Sidoarjo terindikasi mikroplastik

25 Juni 2019 20:43 WIB
Ecoton sebut udang di tambak Sidoarjo terindikasi mikroplastik
Sejumlah anak berlarian di tumpukan sampah plastik impor di Desa Bangun di Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (19/6/2019). Berdasarkan data Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah Ecoton, masuknya sampah dengan merk dan lokasi jual di luar Indonesia, diduga akibat kebijakan China menghentikan impor sampah plastik dari sejumlah negara di Uni Eropa dan Amerika yang mengakibatkan sampah plastik beralih tujuan ke negara-negara di ASEAN. Indonesia diperkirakan menerima sedikitnya 300 kontainer yang sebagian besar menuju ke Jawa Timur setiap harinya. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/pras.

Kami beli bandeng lima ekor dan udang windu sekilo. Indikasinya kuat

Ecological Observations and Wetlands Conversation (Ecoton) menduga udang dan bandeng yang ada di tambak-tambak di Sidoarjo terkontaminasi mikroplastik, dari survei-survei awal yang dilakukan.

"Udang juga ada mikroplastiknya. Tetapi, kami belum (meneliti), masih survei-survei awal. Ada indikasi mikroplastik telah mengkontaminasi udang dan bandeng dalam tambak," kata Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi di Jakarta, Selasa.

Hal tersebut disampaikannya usai Report Launch and Film Screening "perdagangan sampah plastik" di Kantor Walhi, terkait hasil temuan limbah plastik impor di pabrik kertas di Jawa Timur.

Prigi mengatakan dugaan kontaminasi mikroplastik di tambak itu beralasan karena sebelumnya Ecoton pernah meneliti dan menemukan bahwa 80 persen ikan di Sungai Brantas terkontaminasi mikroplastik.

Apalagi, kata dia, tambak-tambak di Sidoarjo merupakan hilir dari Sungai Porong yang menjadi tempat pembuangan limbah cair dari pabrik kertas di kawasan itu.

Ia mengatakan survei awal dilakukan dengan membeli ikan bandeng dan udang dari tambak dan ternyata menemukan kandungan mikroplastik

"Kami beli bandeng lima ekor dan udang windu sekilo. Indikasinya kuat, karena kami pernah melakukan penelitian di air lepas (Sungai Brantas). Nah, bagaimana sekarang di tambak," katanya.

Prigi tidak ingin pemerintah terlambat untuk mengambil langkah sehingga Ecoton mendorong Dinas Perikanan setempat untuk bersama-sama melakukan penelitian.

Sebelumnya, hasil penelitian dari Ecoton menunjukkan sekitar 80 persen perut ikan di Sungai Brantas mengandung mikroplastik dan mikrofiber.

Mikroplastik dan mikrofiber adalah serat plastik berukuran sangat kecil yang dapat mencemari dan sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan tubuh.

Penelitian itu, kata Prigi, dilakukan Ecoton dengan mengambil sampel ikan nila, jendil, rengkik, keting, bayer merah, dan bader putih di Sungai Brantas.

Menurut dia, kondisi ikan-ikan tersebut dipengaruhi limbah popok di Sungai Brantas yang tak serius ditangani Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Seiring waktu, limbah popok sekali pakai yang terendam dan terkena sinar matahari itu terurai menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dan tertelan ikan.


Baca juga: Azwi serukan setop impor sampah plastik
Baca juga: Mikroplastik ditemukan dalam tinja menimbulkan kekhawatiran

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019