Perum Bulog tengah mengajukan izin ke pemerintah untuk melepas stok cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak satu juta ton guna mencegah penurunan kualitas dan mutu beras yang tersimpan di gudang BUMN tersebut.Pelepasan stok CBP akan dilakukan dengan skema penjualan komersial, salah satunya ekspor
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan CBP yang akan dilepas untuk dijual secara komersial ini merupakan sisa pengadaan beras impor yang dilakukan pemerintah pada periode Januari-Agustus 2018 sebesar 1,4 juta ton. Artinya, beras tersebut sudah tersimpan lebih dari setahun.
"Perhitungan kami ada satu juta ton (beras) eks impor sudah satu tahun. Walaupun belum ada perubahan signifikan tentang mutu, bagaimana pun sesuai standar dalam negeri, ya harus kita keluarkan satu juta ton itu," kata Budi Waseso atau akrab disapa Buwas pada kegiatan halal bihalal di Bulog Corporate University Jakarta, Selasa.
Adapun pelepasan stok CBP akan dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 38 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah.
Dalam regulasi tersebut, disebutkan bahwa pelepasan CBP dilakukan apabila CBP telah melampaui batas waktu simpan paling sedikit empat bulan dan atau berpotensi/mengalami penurunan mutu.
Buwas menjelaskan pelepasan stok CBP akan dilakukan dengan skema penjualan komersial, salah satunya ekspor.
Menurut dia, negara tetangga seperti Papua Nugini dan Timor Leste masih membutuhkan pasokan beras dari Indonesia.
"Mekanismenya diajukan, diizinkan tidak, kalau kita melepas CBP? Kalau sudah diputuskan, banyak yang membutuhkan juga, bisa melalui ekspor karena Timor Leste dan Papua Nugini membutuhkan," katanya.
Opsi untuk melepas stok CBP ini, kata Buwas, dilakukan jika Bulog tidak diberi penugasan dari pemerintah untuk mendistribusikan beras yang kini menumpuk di gudang.
Alokasi distribusi terbesar adalah melalui program beras sejahtera (rastra), namun Perum Bulog mulai berhenti menyalurkan rastra pada Mei 2019 menyusul adanya program bantuan pangan nontunai (BPNT).
Di sisi lain, program BPNT pun tidak memposisikan Bulog sebagai penyalur terbesar karena 70 persen pengadaan diberikan kepada pasar bebas atau perusahaan swasta.
Hal ini membuat Bulog kehilangan sasaran penyalurannya. Saat ini stok CBP yang tersimpan di gudang-gudang Bulog sebesar 2,2 juta ton dan perusahaan masih akan melakukan penyerapan beras saat panen raya hingga akhir tahun 2019.
Adapun kapasitas gudang Bulog di seluruh Indonesia hanya mampu menampung 2,7 juta ton beras.
"Kalau kita bisa keluarkan, kita bisa serap lebih banyak lagi, karena hari ini produksi petani masih banyak, terutama Agustus nanti," kata Buwas.
Baca juga: Mensos fokuskan penyaluran beras Bulog untuk BPNT
Baca juga: Bulog harapkan 100 persen suplai beras untuk BPNT
Baca juga: Bulog lepas 50.000 ton beras rusak akibat stok lama
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019