"Itu bahkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dicatat alat pemantau yang dipasang di Gelora Bung Karno," kata dia.
Data tersebut juga selaras dengan hasil analisis Greenpeace Indonesia, organisasi yang berfokus pada lingkungan tersebut mencatat pada 2017 "hari hijau", atau bersih dari polusi sebanyak 29 hari dan berstatus moderat atau mengarah ke polusi sebanyak 238 hari.
"Nah untuk data udara tidak sehatnya, terhitung sebanyak 92 hari," kata dia.
Beranjak ke 2018, data hari dengan kualitas udara tidak sehat malah melonjak lebih dari dua kali lipat, atau berada pada angka 247 hari. "Dan sebanyak 177 dari 247 hari ini, dicatat dengan udara yang sangat tidak sehat," ujarnya.
Melihat data tersebut, menurut DKI Jakarta sudah seharusnya tidak bersikap abai terhadap kondisi tingkat kebersihan udara, harus ada gerakan cepat untuk menekan permasalah polusi itu.
Pula baca: Jakarta harus memiliki riset emisi inventori untuk polusi udara
Pula baca: Transportasi publik bagian dari solusi masalah polusi udara Jakarta
Pula baca: KPBB: langit kelabu Jakarta tanda udara tidak sehat
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019