Menurut Ketua FRPB Pamekasan Budi Cahyono, langkah itu dilakukan agar pemahaman masyarakat mengenai upaya mengurangi dampak bencana semakin luas.
"Jika pemahaman masyarakat tentang mitigasi bencana semakin luas, maka upaya untuk menekan risiko apabila terjadi bencana juga semakin bagus," kata Budi melalui sambungan telepon seluler, Sabtu sore.
Budi yang juga koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Pamekasan ini lebih lanjut menjelaskan, sosialisasi mitigasi bencana kebakaran perlu diperluas, karena di Pamekasan sering terjadi kebakaran, terutama saat kemarau.
Selama Januari hingga Juni 2019 saja, tercatat sebanyak 15 kejadian musibah kebakaran terjadi di Kabupaten Pamekasan dengan objek kebakaran beragam, seperti rumah, dapur, kandang, hingga lahan perkebunan.
Baca juga: Pemkab Sampang minta bantuan SPAM atasi kekeringan
Lokasinya bukan hanya di sekitar Kota Pamekasan saja, akan tetapi juga di pedesaan, sehingga FRPB memandang penting untuk terus melakukan sosialisasi tentang mitigasi bencana kebakaran tersebut ke desa-desa.
"Salah satu desa yang menjadi sasaran sosialisasi teman-teman relawan hari ini adalah Desa Kertagena Laok, Kecamatan Kadur, Pamekasan," kata Budi, menjelaskan.
Sebagaimana sosialisasi pada kelompok masyarakat lainnya, materi sosialisasi yang disampaikan dalam kegiatan yang bekerja sama dengan mahasiswa yang sedang menjalankan tugas Kuliah Pengabdian Masyarakat dari IAIN Madura tersebut adalah tentang pemanfaatan alat pemadam api ringan (APAR) dan alat pemadam api tradisional (APAT).
Guna memperkuat pemahaman, FRPB juga melakukan simulasi secara langsung, tentang teknik memadamkan api dengan menggunakan APAR dan APAT itu.
"Dan alhamdulillah masyarakat sangat antusias, bahkan merasa sangat terbantu dengan adanya kegiatan sosialisasi yang kita lakukan," kata Budi.
Sosialisasi mitigasi bencana kebakaran di Desa Kertagena Laok, Kecamatan Kadur, Pamekasan kali ini merupakan kegiatan ke-18 dari delapan institusi yang menjadi sasaran sosialisasi FRPB Pamekasan.
Selain desa, institusi atau lembaga lainnya yang telah menjadi sasaran sosialisasi adalah pondok pesantren, takmir masjid, rumah sakit umum daerah dan puskesmas.
Kepala BPBD Pemkab Pamekasan Akmalul Firdaus mengaku sangat terbantu dengan kegiatan sosialisasi yang digelar oleh FRPB Pamekasan itu.
"Sebab, dengan kegiatan ini, pemahaman masyarakat tentang mitigasi bencana, semakin bertambah dan secara otomatis, akan berdampak pada pengurangan risiko apabila terjadi bencana, seperti bencana kebakaran itu," katanya.
Sementara itu, selain memaparkan tentang teknik memadamkan api jika terjadi kebakaran, pemateri dalam sosialisasi itu juga menjelaskan tentang golongan atau kelas dalam peristiwa kebakaran.
Berdasarkan Permenaker No. Per-04/MEN/1980 dijelaskan, bahwa kelas atau golongan kebakaran dibagi menjadi 4 golongan yaitu Golongan A, B, C dan D.
Yang dimaksud dengan kebakaran Kelas A merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti kertas, Plastik, kain, kayu, karet dan lain sebagainya, dan jenis APAR yang cocok untuk memadamkan kebakaran Kelas A adalah APAR jenis Cairan (water), APAR jenis Busa (Foam) dan APAR jenis Tepung Kimia (dry powder).
Kebakaran Kelas B merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan cair yang mudah terbakar seperti minyak (bensin, solar, oli), alkohol, cat, solvent, methanol dan lain sebagainya, serta jenis APAR yang cocok untuk memadamkan kebakaran Kelas B adalah APAR jenis karbon diokside (CO2), APAR jenis busa (foam) dan APAR jenis tepung kimia (dry powder).
Kebakaran Kelas C merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh Instalasi listrik yang bertegangan. Jenis APAR yang cocok untuk memadamkan kebakaran Kelas C adalah APAR jenis karbon diokside (CO2) dan APAR jenis tepung kimia (dry powder).
Sedangkan kebakaran kelas D merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan logam yang mudah terbakar seperti sodium, magnesium, aluminium, lithium dan potassium. Kebakaran Jenis ini perlu APAR khusus dalam memadamkannya.
Baca juga: Daerah rawan karhutla di Batanghari Jambi minim embung
Baca juga: Waspada kekeringan saat musim kemarau
Baca juga: Riau alami puncak musim kemarau pada Juli dan Agustus
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019