BMKG: Pernah terjadi tsunami di selatan Jawa

10 Juli 2019 18:49 WIB
BMKG: Pernah terjadi tsunami di selatan Jawa
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono saat jumpa pers Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/7/2019). (ANTARA/Dewanto Samodro)

akan percuma ada informasi melalui sistem peringatan dini bencana kalau tidak dipahami oleh masyarakat

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono mengatakan berdasarkan penelitian terhadap sedimen yang ada di selatan Jawa, wilayah tersebut pernah terjadi tsunami beberapa ratus tahun sebelumnya.

"Sudah ada catatan daerah tersebut rawan terhadap gempa dan tsunami. Karena itu BMKG menyambut baik Ekspedisi Desa Tangguh Bencana Tsunami," kata Rahmat saat jumpa pers Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu.

Rahmat mengatakan BMKG akan menurunkan personel-personel yang ada di stasiun-stasiun BMKG yang ada di wilayah selatan Jawa untuk menjadi peserta ekspedisi tersebut.

Sasaran BMKG terhadap ekspedisi tersebut adalah untuk memberikan sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat setempat tentang produk-produk sistem peringatan dini BMKG.

"Karena akan percuma ada informasi melalui sistem peringatan dini bencana kalau tidak dipahami oleh masyarakat," tuturnya.

Rahmat mengatakan bencana bisa datang setiap saat. Apalagi, Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki banyak sesar merupakan wilayah yang rawan terhadap gempa dan tsunami.

"Sistem peringatan dini gempa dan tsunami sudah dibangun. Namun, hal itu akan percuma bila kepedulian masyarakat terhadap potensi bencana tidak disiapkan," katanya.

Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB Lilik Kurniawan mengatakan 5.744 desa yang ada di seluruh Indonesia rawan terhadap tsunami. Di selatan Jawa saja terdapat 584 desa yang rawan tsunami.

"Karena itu, wilayah selatan Jawa penting untuk memiliki kesiapsiagaan terhadap tsunami karena penduduknya cukup banyak dan menjadi tujuan pariwisata. Bila terjadi tsunami, korbannya akan sangat banyak bila masyarakatnya tidak tangguh," katanya.

Lilik mengatakan ekspedisi tersebut merupakan bagian dari program kesiapsiagaan atau pencegahan yang akan dimulai pada Jumat (12/7) di Banyuwangi dibuka Kepala BNPB Doni Monardo.

Pada jumpa pers Ekspedisi Destana Tsunami itu, selain Rahmat dan Lilik, narasumber yang hadir adalah Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah Kementerian Dalam Negeri Safrizal ZA, dan koordinator tim penulis Ekspedisi Destana Tsunami Trinirmalaningrum.

Baca juga: BNPB selenggarakan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana Tsunami
Baca juga: BPBD DI Yogyakarta targetkan 25 desa tangguh bencana tahun 2019
Baca juga: Desa di Tulungagung cadangkan anggaran mitigasi kebencanaan

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019