“Program pemberdayaan ekonomi masyarakat sudah disalurkan sejak tahun 2012 dan setiap tahun disalurkan melalui Baitul Mal Gampong (BMG),” kata dia di Banda Aceh, Selasa.
Ia mengaku, Baitul Mal Aceh menyalurkan modal usaha kepada BMG-BMG yang memiliki pontensi dan masyarakatnya punya keinginan untuk mengembangkan usaha yang produktif guna meningkatkan ekonomi keluarga.
Menurut dia, ketika program tersebut dicetus setiap gampong hanya memperoleh suntikan dana untuk modal usaha Rp30 juta. Dana tersebut kemudian dievaluasi dan selanjutnya dinilai realisasinua.
"Jika memiliki dampak positif, Baitul Mal Aceh meningkatkan lagi dananya menjadi Rp50 juta per gampong," akuinya.
Baca juga: 11.723 warga miskin di Aceh Barat sudah terima bantuan Rp8,2 miliar
Setiap tahun BMG yang sudah disuntik dananya akan dimonitoring dan evaluasi, jika pengelolaannya bagus, maka tahun selanjutnya akan ditambahkan modal, namun jika stagnan, maka tidak diberikan lagi.
Ia mengatakan selain budi daya ikan air tawar di Gampong Lambarih, pihaknya juga melakukan pembinaan di puluhan gampong lainnya di Provinsi Aceh seperti Suka Makmur, Lam U, dan beberapa desa lainnya termasuk di kabupaten/kota se-Aceh.
“Usaha yang dilaksana beragam mulai budi daya jahe merah, nilam, ayam petelur, ternak sapi, hingga budi daya lebah,” akui Mahdi.
Pada tahun 2019, Baitul Mal Aceh juga akan memberikan modal usaha untuk 10 gampong. Setiap gampong yang dinilai layak setelah diverifikasi akan mendapatkan Rp50 juta. Verifikasi menjadi syarat mutlak Baitul Mal Aceh sebelum bantuan itu diberikan, sehingga dana zakat yang disalurkan benar-benar tepat sasaran.
"Dengan adanya program pemberdayaan seperti ini angka kemiskinan di Aceh bisa menurun, minimal membantu meningkatkan penghasilan para fakir miskin di gampong-gampong," demikian harap Mahdi.
Baca juga: Potensi Zakat Aceh capai Rp1,9 triliun
Baca juga: Baitul Mal Sabang-Aceh salurkan modal usaha produktif warga kurang mampu
Pewarta: Irman Yusuf
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019