Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kembali mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di perairan laut Pasifik sebelah utara Provinsi Papua Barat.Nelayan harus tetap waspada, begitu juga untuk masyarakat yang biasa menempuh perjalanan laut menggunakan perahu. Perhitungkan cuaca sebelum melaut
Kepala BMKG Stasiun Rendani Manokwari, Denny Putiray, Selasa, di Manokwari menjelaskan tinggi gelombang di Samudera Pasifik diperkirakan dapat mencapai 2,5 meter pada Rabu (24/7). Hujan pun masih berpotensi terjadi di seluruh wilayah Papua Barat.
"Secara umum angin bergerak ke arah barat dengan kecepatan mencapai 20 kilometer per jam. Masih ada potensi awan Cumulonimbus, sehingga ada potensi hujan lagi untuk besok," katanya.
Suhu udara di 13 kabupaten/kota di Papua Barat, kata dia, berada pada kisaran 25 hingga 31 derajat Celcius. Hujan ringan hingga sedang berpotensi merata tejadi di seluruh wilayah.
Terkait potensi gelombang tinggi di Laut Pasifik, ia mengimbau nelayan untuk waspada dan terus memantau perkembangan cuaca sebelum memutuskan untuk melaut.
Khusus untuk wilayah Manokwari, lanjut dia, angin akan bergerak dari arah selatan menuju barat dengan kecepatan antara 6 hingga 20 km/jam. Tinggi gelombang diperkirakan berada pada kisaran 0,50 hingga 0,75 meter dengan ketinggian masksimum 1,50 meter.
"Nelayan harus tetap waspada, begitu juga untuk masyarakat yang biasa menempuh perjalanan laut menggunakan perahu. Perhitungkan cuaca sebelum melaut," katanya.
Daerah itu pada Rabu (24/7), kata Denny Putiray, diperkirakan akan diselimuti awan sejak siang hingga malam hari. Hujan ringan hingga sedang masih cukup berpotensi.
Berdasarkan pantauan sejak Selasa pagi hingga menjelang malam hari, Manokwari diselimuti awan gelap, hujan ringan hingga sedang terjadi secara merata di daerah tersebut.
Baca juga: BMKG prediksi gelombang 3,5 meter di Papua Barat
Baca juga: BMKG peringatkan gelombang tinggi di Papua dan Papua Barat
Baca juga: BMKG keluarkan peringatan dini gelombang tinggi Laut Pasifik
Pewarta: Toyiban
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019