"Ada beberapa potensi RTH yang belum diolah, salah satunya koridor tepi bantaran kali. Jakarta punya 13 koridor," katanya, saat dihubungi Antara, di Jakarta, Sabtu.
Ke-13 koridor itu, di yakni tepi Kali Mookervaart, Angke, Pesanggrahan, Krukut, Ciliwung, Sunter, Grogol, Baru Barat, Baru Timur, Cipinang, Buaran, Jati Kramat, dan Kali Cakung.
Baca juga: Warga Jakarta tanam sayuran di bantaran Sungai Ciliwung
Baca juga: Bantaran sungai Jakarta bakal dipasangi CCTV
Baca juga: Jakarta akan pindahkan 20 ribu keluarga dari bantaran sungai
Menurut dia, koridor tepi bantaran kali merupakan jalur RTH yang paling mudah ditata karena ada air, dan tinggal ditanami pohon.
Artinya, kata dia, koridor tersebut relatif subur karena kedekatannya dengan sumber air sehingga tidak terlalu repot perawatan.
Ada lagi, kata dia, tepi bantaran rel kereta api (KA) yang merupakan potensi RTH dan belum banyak diolah, padahal luasannya cukup besar.
"Jarak aman kiri-kanan jalur rel kan enam meter. Tanami saja pohon yang besar-besar sebagai pengaman jalur KA," katanya.
Ketiga, kata Nirwono, penggunaan kolong bawah jembatan layang untuk mengoptimalkan RTH juga bisa dilakukan.
"Belum banyak diolah itu. Di atasnya kan jalan, bawahnya gimana? Dihijaukan dong. Biar jadi habitat hewan-hewan macam tupai, serangga, burung, dan lainnya," katanya.
Belum lagi, kata dia, 109 situ, danau, embung, dan waduk (SDEW) yang belum diolah secara maksimal sebagai RTH, padahal luasannya mencukupi.
Jika keberadaan SDEW dimaksimalkan sebagai RTH, seperti dibangun taman atau hutan mini maka akan menjadi tempat favorit bagi satwa liar untuk membangun habitatnya.
"Satu lagi, di kawasan pantai utara Jakarta. Kan masih belum dioptimalkan. Tanami dengan banyak pohon dalam radius 200-500 meter dari bibir pantai," katanya.
Sebagaimana di Jepang, kata Nirwono, pohon-pohon banyak ditanam di pinggir-pinggir pantai sebagai "buffer" alami dari ancaman abrasi dan tsunami.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019