Kualitas udara Jakarta terpantau membaik seperti yang tercatat di laman pemantau AirVisual pada Senin malam dibandingkan dengan kondisi pagi dan siang tadi, namun tetap tergolong dalam status tidak sehat atau berada di level merah.
Indeks kualitas udara (air quality index/AQI) Jakarta berada di angka 151 dengan konsentrasi partikel polutan PM2.5 sebesar 56,2 mikrogram per meter kubik berdasarkan data dari laman tersebut pada pukul 21.00.
Baca juga: RSUD Sawah Besar tangani 483 kasus ISPA
Baca juga: Walhi: Pemprov Jakarta lamban tangani polusi udara
Baca juga: CFD di tengah udara Jakarta yang tidak sehat
Baca juga: KPBB: Pemerintah bisa dipidana jika abaikan polusi udara
Baca juga: Jakarta, mari sudahi berkawan dengan polusi
Sebelumnya, pada pukul 06.00, angka AQI rerata wilayah adalah 188, kemudian yang tercatat pada pukul 13.00 turun menjadi 176. Kedua angka tersebut membuat Jakarta berada di peringkat nomor satu kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Berdasarkan pemetaan kualitas udara Jakarta di wilayah kota, Jakarta Selatan merupakan yang terburuk dengan angka AQI 165. Disusul terburuk kedua wilayah Jakarta Timur dengan AQI 159. Keduanya berada dalam ‘level merah’ atau tidak sehat.
Sementara wilayah Jakarta Barat berstatus tidak sehat untuk kelompok rentan dengan AQI dalam kisaran 108-115.
Sisanya, wilayah Jakarta Pusat terpantau cukup signifikan berada di ‘level kuning’ atau berstatus sedang dengan nilai AQI 86. Data AirVisual tidak menunjukkan data AQI di wilayah Jakarta Utara malam ini.
Rentang angka AQI yang digunakan AirVisual adalah 0-500. Angka yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kualitas udara wilayah semakin buruk dan berpotensi menimbulkan gangguan pada kesehatan tubuh, khususnya jantung dan paru-paru.
Dengan kondisi udara yang masih tidak sehat tersebut, masyarakat Jakarta yang berkegiatan di luar ruang pada malam ini dianjurkan tetap mengenakan masker agar mencegah partikel polutan masuk ke tubuh lewat pernapasan.
Pewarta: Suwanti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019