• Beranda
  • Berita
  • BPPT usulkan hujan buatan dilakukan di masa transisi kemarau

BPPT usulkan hujan buatan dilakukan di masa transisi kemarau

1 Agustus 2019 19:42 WIB
BPPT usulkan hujan buatan dilakukan di masa transisi kemarau
Kekeringan. (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/wsj/18).

Jadi begitu bulan April, Mei dan Juni, kita harus mengisi semua waduk di Indoneisa apalagi Jawa banyak bangun waduk nih itu harus kita isi semua, kita penuhi supaya airnya bisa digunakan selama musim kemarau,

Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBMTC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengusulkan hujan buatan dilakukan dimasa transisi kemarau untuk mempersiapkan bangsa menghadapi bencana kekeringan.

"Kita maunya kekeringan itu TMC-nya dilaksanakan sekitar bulan April, Mei , Juni, seharusnya. Kalau kita mengikuti negara-negara lain terutama Thailand, yang untuk TMC pertanian dan kekeringan itu selalu dilaksanakan pada musim transisi menjelang musim kemarau," kata Kepala BBMTC BPPT Tri Handoko Seto di Jakarta, Kamis.

Adapun tujuan dilakukan TMC dimasa transisi kemarau adalah untuk mengisi semua waduk-waduk yang ada untuk memastikan persediaan air.

"Jadi begitu bulan April, Mei dan Juni, kita harus mengisi semua waduk di Indoneisa apalagi Jawa banyak bangun waduk nih itu harus kita isi semua, kita penuhi supaya airnya bisa digunakan selama musim kemarau," tambahnya.

Baca juga: BPPT tingkatkan koordinasi posko penanggulangan kekeringan di Halim

Dengan demikian, pada saat masuk musim kemarau, waduk yang sudah dipenuhi air tersebut dapat dimanfaatkan sehingga masyarakat tidak kesulitan menghadapi kekeringan pada saat memasuki bulan Juli.

"Kami sangat merekomendasikan agar teknologi modifikasi cuaca bisa dilakukan sekitar bulan April, Mei dan Juni. Dan menjelang musim kemarau harusnya semua waduk di Indonesia penuh, jangan sampai ada waktu yang tidak penuh menjelang musim kemarau, kalau itu bisa kita laksanakan cerita-cerita kekeringan begini akan berkurang secara signifikan," jelasnya.

Sebelumnya, Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mencatat 28 provinsi di Indonesia terancam kekeringan dengan resiko sedang hingga tinggi pada 2019.

Baca juga: BPPT: Kurangi kepekatan polutan dengan cara mengganggu atmosfer

"Luas wilayah terancam 11.774.437 hektare dan diperkirakan jiwa terpapar sebanyak 48.491.666 jiwa," kata Deputi bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana Kemenko PMK, Dody Usodo.

Ia menerangkan berdasarkan pengamatan Badan Meteoroiogi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) musim kemarau di Indonesia diperkirakan mulai Juli hingga Oktober 2019. Musim kemarau itu, akan jauh lebih kering dari tahun-tahun sebelumnya.

"Puncak kekeringan pada Agustus 2019," ungkap Dody.

Baca juga: BPPT: Hujan buatan di Jawa-Bali tunggu potensi awan


 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019