"Arah angin saat ini tidak menentu. Sekarang arah angin dari timur-tenggara, kalau misalnya bergerak dari utara, bisa jadi masuk ke sini, kan minyak bisa terbawa karena angin," kata nelayan udang Subur Haryanto, di Jakarta Utara, Jumat.
Baca juga: Akibat tumpahan minyak, nelayan Marunda keluhkan tangkapan berkurang
Baca juga: Akibat tumpahan minyak, petani garam rugi hingga lebih dari Rp500 juta
Baca juga: Nelayan Muara Angke keluhkan tangkapan kurang akibat tumpahan minyak
Nelayan di Kampung Marunda Kepu RT 08/RW 07, itu mengharapkan agar pihak terkait segera mengatasi solusi tumpahan minyak agar tidak meluas.
Subur merupakan nelayan pesisir atau pinggir yang beroperasi dari kawasan banjir kanal timur (BKT) hingga sekitar tiga kilometer dari Kampung Marunda Kepu.
Saat ini, lanjut dia, kawasan perairan pesisir Marunda masih belum ditemukan adanya tumpahan minyak.
Ia memperkirakan arah angin dari timur membawa tumpahan minyak ke arah barat sehingga sisa tumpahan minyak ditemukan di beberapa pulau di kawasan Pulau Seribu.
Sedangkan nelayan pesisir di Marunda Kepu kata dia, berada di teluk Jakarta sehingga tumpahan minyak masih terhalang oleh Muara Bendera dan belum mengarah ke kawasan tersebut.
Senada dengan Subur, nelayan pesisir lain yakni Rahman untuk sementara ini juga belum melihat tumpahan minyak.
"Kalau saya nelayan pesisir belum tahu ada minyak atau tidak. Kalau tumpahan minyak di tengah (laut) mungkin banyak ikan mati," katanya.
Ia mengharapkan agar lingkungan laut kembali bersih dan bebas dari tumpahan minyak termasuk limbah, agar nelayan bisa tetap melaut.
Bupati Kepulauan Seribu, Husein Murad sebelumnya mengonfirmasi beberapa pulau antara lain Pulau Rambut, Pulau Untung Jawa, dan Pulau Ayer terdampak tumpahan minyak mentah.
Adapun bentuknya berupa gumpalan kecil berwarna hitam seperti aspal padat
Sementara itu, pantauan cuaca di laman Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan arah angin khususnya di wilayah Jakarta Utara pada Jumat siang diperkirakan berubah-ubah.
Sedangkan pada malam hari, arah angin bergerak dari utara-timur laut dengan perkiraan kecepatan 9 kilometer per jam dan pada dini hari, dari timur-timur laut juga dengan perkiraan 9 kilometer per jam.
Sebelumnya, kebocoran minyak dan gas terjadi di pesisir utara Jawa Barat, Jumat (12/7) di sekitar anjungan lepas pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
Insiden bermula saat dilakukan pengeboran sumur reaktivasi YYA-1.
PT Pertamina (Persero) mengklaim volume tumpahan minyak tinggal 10 persen dibandingkan volume awal tumpahan minyak yang ditaksir mencapai 3.000 barel per hari.
Baca juga: Pertamina sebut volume tumpahan minyak ONWJ tinggal 10 persen
Baca juga: Pertamina bantah skema gross split pada insiden tumpahan minyak ONWJ
“Hingga hari ini dampaknya sudah semakin mengecil. Kalau dilihat dari tumpahan minyak sudah tinggal 10 persen dari pertama kali terjadi. Kami terus lakukan penanganan,” kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam jumpa pers di Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta, Kamis.
Nicke menjelaskan pihaknya berkomitmen penuh untuk melakukan penanganan dengan sebaik-baiknya. Semua upaya terbaik terus dikerahkan untuk menahan tumpahan minyak agar tidak sampai ke darat.
“Bahkan kami menggunakan tujuh lapis proteksi supaya dampak terhadap masyarakat dan lingkungan bisa kita minimalkan,” katanya.
Pertamina sendiri, lanjut Nicke, telah mengerahkan 27 kapal dan 800 orang demi mengatasi insiden tersebut.
Baca juga: Jakarta-Pertamina bentuk tim penanganan tumpahan minyak
Baca juga: Pemerintah pusat ambil alih penanganan tumpahan minyak
Baca juga: Dinas LH: Laboratorium perlu waktu 10-15 hari cek kandungan minyak
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019