Dalam kurun waktu yang sama, terdapat beberapa industri farmasi asing, seperti Belanda, Jerman, Korea Selatan, Cina dan India yang bermitra dengan industri farmasi nasional memproduksi bahan baku maupun produk obat.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengungkapkan perkembangan industri farmasi di Indonesia meningkat dalam kurun waktu tiga tahun menyusul diterbitkannya instruksi presiden yang mendorong percepatan industri farmasi.
“Kita bersyukur bahwa investasi industri farmasi terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu tahun setelah Inpres diterbitkan,” kata Menkes Nila saat menghadiri peletakan batu pertama pabrik farmasi produsen bahan baku obat kanker dan hepatitis PT Brightgene Biomedical Indonesia, di Karawang Barat, Jawa Barat, Kamis (8/8).
Sesuai dengan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, Kemenkes telah menerbitkan Permenkes No. 17 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Permenkes tersebut merupakan acuan bagi pemerintah dan sektor swasta dalam pengembangan industri khususnya industri bahan baku obat untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku obat.
Dalam kurun waktu yang sama, terdapat beberapa industri farmasi asing, seperti Belanda, Jerman, Korea Selatan, Cina dan India yang bermitra dengan industri farmasi nasional memproduksi bahan baku maupun produk obat.
Melalui kemitraan (joint-venture) diharapkan dapat terjadi transfer teknologi dan mengurangi ketergantungan impor. Hal ini membuktikan bahwa industri farmasi di Indonesia terus berkembang dan menjadi bidang usaha yang menarik.
Baca juga: BPOM: tiga industri baru perkuat suplai bahan mentah obat
Saat ini di Indonesia sudah ada 10 industri bahan baku farmasi, baik bahan baku kimia, biosimilar dan natural, dan ditargetkan pada tahun 2021 akan berkontribusi terhadap penurunan impor bahan baku kurang lebih sebesar 15 persen.
“Saya berharap agar PT BrightGene Biomedical Indonesia dapat terus berinovasi untuk menghasilkan bahan baku obat lain yang dapat digunakan untuk produk kesehatan dengan tetap memperhatikan pemenuhan standar mutu dan juga berkiprah di pasar global,” kata Menkes.
Komisaris dari PT BrightGene, Johannes Setijono, mengatakan pihaknya bangga menjadi perintis upaya ini.
“Kami sangat bangga sebagai salah satu perintis di Indonesia dalam memproduksi bahan baku aktif obat dengan tujuan mengurangi impor bahan baku maupun obat jadi yang bahan bakunya belum tersedia," kata Johannes.
Menurut dia, transfer teknologi yang dilakukan bertujuan meningkatkan kemampuan penelitian dan pengembangan di bidang industri farmasi yang bisa berimplikasi pada peningkatan kualitas SDM dalam memperkuat kemandirian industri farmasi dalam negeri serta menurunkan pemakaian devisa impor bahan baku aktif obat dan obat jadi.
Kedepannya PT BrightGene Biomedical Indonesia akan menjadi pengembang dan produsen bahan baku aktif obat yang memiliki kualitas dan standar teknologi tinggi, memenuhi standar kualitas farmasi internasional sehingga siap untuk ekspor ke pasar-pasar negara ASEAN.
Baca juga: Deregulasi diharapkan dorong pengembangan industri farmasi
Baca juga: Kemenperin upayakan perkecil defisit industri farmasi
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019