"Pameran ini berlangsung selama satu bulan ke depan yang menampilkan 79 koleksi tradisional se-Sumatera," kata Kepala Dinas Kebudayaan Riau Yose Rizal kepada wartawan di Pekanbaru, Jumat.
Pameran bersama museum-museum se-Sumatera itu berlokasi di Museum Sang Nila Utama, yang berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman. Pameran berlangsung sejak tanggal 26 September hingga 24 Oktober 2019 dari pukul 08.30 sampai dengan 17.00 WIB setiap harinya.
"Ada pun jumlah koleksi 79 senjata tradisional ini terdiri berasal dari Riau ada 16 koleksi, Sumatera Utara 12 koleksi, Bengkulu 12 koleksi, Sumatera Barat 8, Lampung 8 koleksi, Aceh 7 koleksi, dan Jambi 7 koleksi," kata Yose.
Baca juga: Aktor laga Iko Uwais kenalkan senjata tradisional kerambit
Baca juga: Pisau kerambit senjata tradisional dari Minangkabau
Berdasarkan pantauan Antara, pameran tersebut dibagi dalam beberapa kategori senjata tradisional sesuai dengan fungsinya. Pada bagian awal ditampilkan senjata untuk berburu yang terdapat 10 koleksi. Sebagian besar adalah senjata berupa panah busur lengkung yang terbuat dari kayu, dan ada juga tombak serta serampang.
Kemudian ada senjata untuk mengolah makanan yang digunakan untuk memotong hewan dan tumbuhan, seperti parang penetak, parang enggano dan kuduk.
Di bagian lain menampilkan koleksi senjata untuk membela diri dari serangan musuh maupun hewan liar, seperti keris, badik, rencong, piso siliak dan tameng. Lalu ada senjata tradisional untuk menyerang maupun berperang di medan pertempuran, di antaranya pedang, keris, umban tali, gundam dan tombak.
Selain itu, ada juga koleksi senjata untuk upacara adat yang digunakan untuk ritual maupun upacara perkawinan, yakni berupa keris, gambik, gala rimba dan rambai ayam.
"Kegiatan pameran Museum bersama ini terus digilir di provinsi Sumatera. Seluruh Kepala Museum dari delapan provinsi hadir pada kesempatan ini. Mereka mengapresiasi animo pengunjung yang menyaksikan Pameran Senjata Tradisional ini," katanya.
Hanya saja ada kekurangan dalam penyajian koleksi senjata tradisional pada pameran tersebut. Sebabnya, tidak semua koleksi mendapat lampu sorot, hanya pada bagian koleksi senjata berburu dan senjata untuk upacara adat.
Sementara itu, puluhan koleksi lainnya dibiarkan dengan pencahayaan apa adanya mengandalkan lampu di ruangan yang temaram.*
Baca juga: 200an senjata tradisional dipamerkan di Borobudur
Baca juga: Keris Lombok banyak disimpan di Belanda
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019