Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemerintah Kota Ambon menyatakan alat pendeteksi gempa, Earthquake Warning Alert System (EWAS), yang bunyi di Desa Passo, Sabtu, pukul 06.02 WIT, bukan peringatan tsunami karena tanpa gempa dengan kekuatan merusak.EWAS dipasang bertujuan untuk membantu masyarakat sekitar waspada jika mendengar peringatan dini pada saat terjadi gempa bumi
"Kan guncangan gempa dengan magnitudo 4,5 terjadi pukul 06.02 WIT berlokasi pada 3,59 Lintang Selatan (LS) dan 128,27 Bujur Timur (BT) BT dan berjarak 15 km timur laut Ambon dirasakan di Ambon pada skala IV MMI sehingga masuk katagori kekuatan merusak," kata Sekretaris BPBD Pemkot Ambon, Eva Tuhumury, dikonfirmasi ANTARA di Ambon, Sabtu.
Penjelasan itu menjawab kepanikan masyarakat Desa Passo yang mengira bunyi alarm tersebut tanda peringatan tsunami. Bahkan, ada warga yang berteriak-teriak "tsunami", namun telah diklarifikasi pihak aparat Desa Passo.
Sebenarnya, kata dia, sudah ada sosialisasi sebelum EWAS bantuan Universitas Indonesia (UI) Peduli dipasang di Passo, Kecamatan Baguala sehingga perangkat desa setempat hendaknya intensif menyampaikan fungsi alat tersebut kepada masyarakat.
UI Peduli memberikan bantuan 24 EWAS bagi Pemkot Ambon dan telah dipasang antara lain di balai kota setempat, Desa Galala, Hatiwe Kecil, Passo, Hutumuri, Batumerah, Rumahtiga, dan Latuhalat.
"Alat EWAS dipasang bertujuan untuk membantu masyarakat sekitar waspada jika mendengar peringatan dini pada saat terjadi gempa bumi," kata Eva.
Baca juga: Pulau Ambon kembali diguncang empat gempa susulan, 1 rumah roboh
EWAS memanfaatkan sensor getaran, sirene atau alarm, dan modul komunikasi gelombang radio untuk mendeteksi getaran dalam kawasan yang luas, seperti yang biasa digunakan pada alat komunikasi "handy talky".
"Bantuan dari UI Peduli ini sesuai arahan Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy diharapkan akan ditindaklanjuti setiap lurah, kades, dan raja di Ambon untuk memafaatkan alat ini," katanya.
Data BMGK, gempa bumi tektonik yang mengguncang Kota dan Pulau Ambon pada Sabtu pagi dengan kekuatan bervariasi, dirasakan cukup kuat karena berlokasi di darat dengan kedalaman hanya 10 km.
Gempa magnitudo 4,5 terjadi pukul 06.02 WIT berlokasi pada 3,59 LS dan 128,27 BT, dan berjarak 15 km timur laut Ambon dan 29 km selatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, serta dirasakan masyarakat di Ambon pada skala IV MMI.
Baca juga: Gempa beruntun sebabkan warga Ambon kembali mengungsi
Gempa susulan kedua dengan magnitudo 3,6 terjadi pukul 07.30 WIT dengan episentrum pada 3,56 LS dan 128,28 BT berjarak 19 km timur laut Ambon dan 25 km selatan Kairatu dan dirasakan di Ambon antara II hingga III MMI.
Gempa ketiga magnitudo 3,8 SR terjadi lima menit kemudian atau pukul 07.35 WIT berlokasi di 3,55 LS-128,29 BT berjarak 20 km timur laut Ambon dan 24 km selatan Kairatu dan dirasakan di Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, PUlau Ambon dengan skala III MMI
Gempa magnitudo 3,3 terjadi pukul 07.42 WIT berlokasi pada 3,61 LS-128,31 BT berjarak 17 km timur laut Ambon atau 30 km selatan Kairatu dan dirasakan di Ambon dalam skala II-III MMI. Gempa magnitudo 2,9 terjadi pukul 10.57 WIT berlokasi di 3,56 LS dan 128,31 BT.
Pantauan ANTARA, gempa susulan tersebut mengakibatkan rumah milik Bripka Hamka Suat, anggota Babinkamtibmas Polsek Sirimau, Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease di RT-01/RW-20 kawasan Gunung Malintang, Kebun Cengkeh, Kecamatan Sirimau, Ambon, roboh.
Selain itu, dinding penahan tiang besi utama, penyangga atap Gedung Olah Raga (GOR) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon juga dilaporkan ambruk akibat gempa tersebut. GOR tersebut ambruk tetapi tidak menimbulkan korban jiwa, menyusul retak-retak saat gempa magnitudo 6,5 pada 26 September 2019.
Baca juga: PMI akan bangun sarana air bersih permanen bagi pengungsi gempa Ambon
Baca juga: Warga Maluku masih hidup dalam ketakutan akibat gempa
Baca juga: LIPI: Magnitudo gempa susulan variatif efek pergesekan bidang patahan
Pewarta: Alex Sariwating
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019