"Ikan ini berasal dari 15 unit keramba jaring apung milik tiga orang petani," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Ermanto di Lubukbasung, Rabu.
Ia mengatakan, 1,5 ton ikan itu berada di Linggai, Nagari Duo Koto sebanyak sekitar satu ton dan Koto Gadang diperkirakan 500 kilogram.
Akibat kejadian itu, petani mengalami kerugian sekitar Rp39 juta karena harga ikan di tingkat petani Rp26 ribu per kilogram.
"Bangkai ikan sudah mengapung ke permukaan danau dan petani tidak bisa menjual ke pasar sehingga mereka mengalami kerugian," katanya.
Menurut Ermanto, ikan itu mati akibat angin kencang melanda daerah itu beberapa hari lalu, sehingga oksigen berkurang di dasar perairan danau vulkanik itu, karena naiknya sedimen di dasar.
Dengan kondisi itu, ikan mengalami pusing dan keluar ke permukaan danau untuk mencari udara.
"Beberapa jam setelah pusing, ikan mati dan mengapung," katanya.
Sebelumnya, kematian ikan juga terjadi di Galapuang, Nagari Tanjung Sani sebanyak 10 ton pada Rabu (29/1).
Untuk itu, pihaknya mengimbau petani untuk segera memanen ikan sudah besar dan pindahkan ikan yang sudah disemai ke kolam air tenang agar tidak mengalami kerugian.
Selain itu, petani tidak membuang bangkai ikan ke dalam danau, karena dapat mengakibatkan pencemaran air danau.
"Jangan buang bangkai ke danau yang bisa mengakibatkan pencemaran, karena saat kematian sebelumnya petani masih membuang bangkai ikan ke dalam danau," katanya.
Baca juga: 10 ton ikan di Danau Maninjau mati akibat hujan deras
Baca juga: Kematian puluhan ton ikan karena oksigen sungai Martapura rendah
Baca juga: Tim pemantau temukan ikan-ikan mati di Teluk Triton, Papua Barat
Baca juga: Penjualan ikan di Danau Siombak menurun akibat bangkai babi
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2020