"Tidak hanya itu, penetapan Surabaya masuk zona merah COVID-19 merupakan permasalahan yang serius dan harus disikapi dengan sangat serius," kata Sekretaris Komisi D DPRD Kota Surabaya Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, adanya peningkatan jumlah penderita COVID-19 ini tentunya mengakibatkan ruang isolasi yang ada di 15 rumah sakit rujukan di Surabaya tidak bisa menampung pasien yang positif COVID-19.
Baca juga: Wali Kota Surabaya imbau warganya tidak keluar kota
Ia menjelaskan rumah sakit memang melakukan pemilahan untuk pasien yang terinfeksi dengan gejala yang berat yang didahulukan. Hal ini, lanjut dia, menyebabkan pasien yang positif COVID-19 tanpa gejala atau gejala ringan-sedang diharuskan untuk melakukan isolasi diri dengan ketat di rumah masing-masing.
"Keadaan ini dapat menimbulkan permasalahan kepanikan warga di sekitar daerah pasien positif yang mengisolasi diri di rumah," kata Sekretaris Fraksi Partai Golkar Kota Surabaya.
Sehingga, lanjut dia, untuk menangani masalah ini sebaiknya memang ada tempat berupa rumah sakit darurat/khusus COVID-19 yang menangani kasus pasien yang positif dengan keluhan ringan-sedang.
"Ini penting untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini dan juga sekaligus menyelesaikan permasalahan pada warga sekitar pasien yang positif agar tidak terjadi kepanikan," ujarnya.
Baca juga: 19 kelurahan di Surabaya terpapar kasus positif COVID-19
Untuk itu, kata dia, pihaknya mendukung penuh apabila ada rumah sakit darurat atau rumah sakit khusus COVID-19 ini. Rumah sakit ini bisa dibuat di rumah susun atau di rumah-rumah dinas yang tidak ditempati atau di tempat lain di Surabaya.
"Yang penting bisa dipersiapkan untuk rumah sakit darurat dengan standar yang sudah ditetapkan oleh WHO," katanya.
Koordinator Protokol Kesehatan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan Pemkot Surabaya menyiapkan gedung isolasi bagi orang dalam pemantauan (ODP) dengan gejala ringan COVID-19 di kawasan selatan, Kota Surabaya.
Gedung isolasi tersebut dikhususkan bagi ODP dengan gejala COVID-19, seperti demam ringan, namun tidak dalam kondisi sesak napas. "Gedung isolasi ini kita buat memang kalau untuk gejala COVID-19 yang ringan-ringan, tidak ada sesak, tidak ada demam, kita taruh dalam ruang isolasi itu," katanya.
Menurut dia, gedung isolasi standarnya memang dibuat seperti di rumah sakit. Di gedung itu, terdapat 30 tempat tidur yang telah disiapkan. Namun demikian, lanjut dia, gedung isolasi ini dikhususkan bagi ODP dengan gejala ringan COVID-19.
"Khusus ODP nanti kalau agak demam sedikit ditaruh ke situ. Begitu dia gejala berat, baru diisolasi ke rumah sakit," ujarnya.
Baca juga: Surabaya semprotkan disinfektan ke jalan dan kampung gunakan drone
Baca juga: Kantor pelayanan publik Surabaya akan dilengkapi bilik sterilisasi
Baca juga: Gubernur pantau penyemprotan disinfektan ojek daring di Surabaya
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020