Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwa optimisme nelayan untuk tetap melaut di tengah pandemi COVID-19 masih tinggi.Sejauh ini kami memantau bahwa untuk perikanan tangkap RI potensi produksi perikanan kita belum turun signifikan. Artinya, ada optimisme untuk tetap melaut dan meningkatkan produksi
"Sejauh ini kami memantau bahwa untuk perikanan tangkap RI potensi produksi perikanan kita belum turun signifikan. Artinya, ada optimisme untuk tetap melaut dan meningkatkan produksi," ujar Dirjen Perikanan Tangkap KKP, M Zulficar Mochtar dalam diskusi online di Jakarta, Rabu.
Ia mengemukakan bahwa prognosa untuk triwulan kedua tahun ini, potensi perikanan tangkap dari laut sekitar 1,67 juta ton.
Dari sisi perizinan kapal, lanjut dia, sejak Januari hingga saat ini ada 634 Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), 1.872 Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), dan 122 Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) yang dikeluarkan.
"Ini lebih tinggi dibanding rata-rata tahun sebelumnya. Artinya ada optimisme," kata Zulficar.
Ia menambahkan sejumlah negara cenderung untuk memberikan insentif ke sektor kelautan dan perikanan karena produk yang dihasilkan memiliki protein yang tinggi dengan harga yang relatif terjangkau.
"Indonesia cukup diuntungkan karena potensinya cukup besar. Ada opsi yang bisa dikembangkan, akan kita optimalkan," ucapnya.
Di tengah pandemi COVID-19 ini, lanjut dia, permintaan dunia terhadap produk kelautan dan perikanan cukup tinggi, situasi itu diharapkan memberikan kontribusi terhadap ekonomi nasional dapat meningkat.
Kendati demikian, Zulficar mengatakan, terdapat beberapa kendala yang harus menjadi perhatian agar kontribusi sektor KP meningkatkan, diantaranya harga jual produk dan logistik.
"Nelayan sudah tangkap hasilnya, namun dijual dengan harga yang yang tidak layak, bahkan ada yang tidak terjual, akibatnya membuat pelaku usaha menurunkan minat di sektor kelautan dan perikanan," ucapnya.
Maka itu, lanjut Zulficar, pihaknya akan berupaya untuk memberikan jaminan kemudahan perizinan bagi nelayan untuk melaut dan menyediakan penyimpanan hasil tangkapan dalam cold storage dengan sejumlah pihak agar tidak terbuang.
Selain itu, ia menambahkan, pihaknya juga bakal membantu untuk melakukan pemasaran.
"Kita harap ada stimulus agar mereka tidak mengalami kendala," ucapnya.
Ia menambahkan pihaknya juga bakal mendorong akses permodalan bagi nelayan agar kegiatan melaut bisa lebih optimal.
Dalam rangka menjaga kualitas produk, Zulficar mengatakan, pihaknya akan memperketat penerapan social distancing dan kesehatan anak buah kapal (ABK).
Dalam kesempatan sama, National Project Officer, ISLME-FAO, Muh. Lukman mengatakan pandemi COVID-19 menantang dunia untuk menjaga ketersediaan bahan pangan.
"Saat ini ada fenomena kekurangan bahan pangan, ada 'panic buying'. Diharapkan setiap langkah pemerintah bisa menjaga ketahanan pangan nasional," katanya.
Namun, menurut dia, terdapat beberapa hal mendasar yang membuat permintaan produk hasil laut tetap tinggi, yakni kepastian keamanan untuk dikonsumsi.
"Penting diyakinkan ke publik bahwa ikan 'save to eat', ini menjadi modal besar," ucapnya.
Baca juga: KKP realokasi anggaran Rp483 miliar percepat pemulihan ekonomi
Baca juga: KKP pastikan akses perizinan tetap mudah di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: KKP-Kementan kolaborasi guna permudah warga belanja ikan
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020