Tante Rini atau Mama Reza (nama putra sulungnya), demikian biasa ia disapa, dinyatakan sembuh pada 30 April 2020 bersama tiga pasien lainnya setelah menjalani perawatan beberapa pekan di ruang isolasi RSUD Mimika.
Ia dinyatakan sembuh setelah dua kali pemeriksaan PCR terhadap sampel spesimen swab (sampel ketiga dan sampel keempat) dinyatakan negatif.
Kini, ia sudah diizinkan pulang ke rumahnya, meski tetap harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari di rumah.
Divonis sebagai pasien positif COVID-19, awalnya cukup berat bagi Tante Rini. Apalagi ia merupakan orang tua tunggal bagi empat orang putra yang kini beranjak dewasa.
Suaminya sudah meninggal dunia sejak beberapa tahun lalu.
Dihubungi Antara di Timika, Kamis, Tante Rini bercerita bahwa ia mendatangi RSUD Mimika untuk memeriksakan diri pada 4 April 2020.
Saat itu Tante Rini merasakan kondisi tubuhnya meriang dan kepala terasa sakit.
Tim dokter RSUD Mimika memutuskan Tante Rini harus menjalani isolasi di rumah sakit milik Pemkab Mimika itu.
"Hari kedua di rumah sakit, saya di-swab. Setelah keluar hasil, ternyata negatif. Selanjutnya saya di-swab ulang untuk kedua kalinya dan setelah beberapa hari dinyatakan positif," tutur wanita kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan itu.
Pada Sabtu (11/4), Gugus Tugas Pengendalian COVID-19 Kabupaten Mimika melaporkan penambahan enam kasus baru COVID-19, salah satu diantaranya yaitu Tante Rini yang disebut sebagai kluster penularan Makassar.
Setelah dinyatakan positif COVID-19 dengan register sebagai pasien 016, Tante Rini kemudian dipindahkan ke ruang isolasi khusus bergabung dengan pasien positif COVID-19 lainnya di RSUD Mimika.
Tante Rini mengaku tidak mengetahui persis bagaimana dan kapan dirinya terinfeksi COVID-19.
Ia memang baru saja kembali ke Timika setelah lebih dari dua pekan berada di Kota Makassar untuk menghadiri acara kedukaan keluarga.
Sepulang dari Makassar, Tante Rini mengaku hanya tinggal di rumah dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.
Baca juga: Delapan karyawan asli Papua terinfeksi COVID-19 di Tembagapura
Baca juga: Penanganan COVID-19 di areal PT Freeport didukung DPRP Papua
Periksa malaria
Namun, setelah dua pekan berlalu, Tante Rini mulai merasakan perubahan kondisi tubuhnya.
"Saya mulai demam tinggi, badan meriang dan kepala terasa sakit. Awalnya saya menduga itu gejala malaria karena biasanya kami di Timika kalau sakit malaria gejalanya seperti itu," ujarnya.
Dengan kondisi tubuh yang terasa sakit, Tante Rini kemudian pergi memeriksakan diri ke Puskesmas Pasar Sentral.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan negatif malaria.
Petugas Puskesmas Pasar Sentral sempat menanyakan riwayat perjalanannya, namun Tante Rini mengaku tidak pernah pergi ke mana-mana ke luar wilayah Timika lantaran sudah lebih dari dua pekan kembali dari Makassar.
"Waktu ditanya, saya menjawab tidak pergi kemana-mana. Mungkin karena perasaan takut atau bagaimana, apalagi saya sudah melewati dua minggu di Timika. Padahal saya harus menjawab, ya, waktu itu. Itu juga kesalahan saya yang tidak terbuka kepada petugas," tuturnya dengan nada menyesal.
Selama dirawat dan diisolasi di rumah sakit gejala terberat yang dirasakan Tante Rini cuma demam. Ia tidak merasakan sesak nafas dan tidak pernah menggunakan ventilator.
Setelah tiga hari berada di ruang isolasi khusus COVID-19 RSUD Mimika, kondisi kesehatannya mulai stabil.
Semangat, sabar dan tekad yang kuat untuk sembuh menjadi modal utamanya.
"Saya memang orangnya semangat. Saat pertama diberitahukan saya positif, saya hanya bilang, oh, Tuhan inikah yang saya harus terima, positif. Tapi tak apa-apa. Saya bilang Tuhan kasih saya kuat, kasih saya lebih sabar hadapi ini semua," ceritanya.
Baca juga: Freeport segera uji coba alat pemeriksaan COVID-19
Baca juga: COVID-19, mari kita tetap baku sayang
Suasana mendukung
Selain dorongan semangat dari dalam diri, suasana di ruang isolasi RSUD Mimika juga menurutnya punya andil besar dalam perjuangannya melawan COVID-19.
Kebersamaan antar pasien dengan petugas medis (dokter, perawat dan penunjang medis) yang terbangun di ruang isolasi RSUD Mimika, katanya, sangat mendukung.
Saling berbagi makanan yang diantar keluarga masing-masing, sudah menjadi hal lumrah.
"Di sana ada kebersamaan, saling mengingatkan dan menguatkan antar pasien. Kita harus semangat, kita harus pulang, kita punya anak-anak. Saya salut dengan perawatan di rumah sakit, luar biasa, perawat-perawat dan dokter sangat menyemangati kami. Itu juga yang membuat kami cepat sembuh," katanya.
Lantaran kondisinya yang sangat cepat pulih, dokter di ruang isolasi mendapuknya menjadi kepala keamanan pasien.
Tante Rini diberikan tugas rutin untuk mengingatkan pasien lain agar makan dan minum obat.
Para pasien COVID-19 di RSUD Mimika, katanya, membentuk semacam kelompok doa dadakan. Tante Rini bertugas membangunkan rekan-rekannya setiap pukul lima pagi untuk ibadah.
Kepada tenaga medis RSUD Mimika, ia mengucap terima kasih. Baginya, pelayanan mulai dari teknis medis hingga interaksi sosial dari para tenaga medis yang menjaga semangat sembuh para pasien tetap menyala.
"Suster-suster di sana itu rasa kekeluargaannya besar dan selalu memberikan kami motivasi untuk sembuh. Pelayanan mereka luar biasa. Mereka anggap kami sebagai ibunya, bapaknya, saudaranya. Itu juga yang membuat kami cepat sembuh," kisahnya.
Tante Rini mengaku cukup beruntung lantaran tidak pernah mengalami perlakuan diskriminatif atau stigma dari lingkungan sekitar kepada keluarganya sebagaimana dialami pasien positif COVID-19 lainnya.
Bahkan ketika pulang, tetangga sekitar menyambutnya dengan senyum suka cita.
"Saya pulang mereka senang. Puji Tuhan, tante ini semua menyambut. Berita-berita yang menggembirakan inilah yang harus terus dikumandangkan supaya orang-orang yang sekarang positif dan dirawat bisa diterima kembali di lingkungannya. Jangan dia didiskriminasi," kata Tante Rini.
Hal yang paling disyukuri Tante Rni yaitu hingga saat ini belum satupun orang yang pernah kontak erat dengannya dilaporkan tertular COVID-19.
"Saya memang terus berdoa, Tuhan tolong cukup sampai di saya saja, jangan lagi ada di bawah saya. Puji Tuhan, Tuhan mendengar doa saya," katanya.
Kepada rekan-rekannya pasien COVID-19 yang kini masih berjuang di berbagai rumah sakit, Tante Rini berpesan untuk tetap menjaga api semangat dalam keyakinan akan menang melawan COVID-19.
Salah satu kuncinya yaitu dengan berdoa, memohon pertolongan dan kuasa Ilahi.
"Kalau kita minta (berdoa) akan selalu ada harapan," kata Tante Rini.
Baca juga: 17 warga Mimika sembuh dari COVID-19
Baca juga: Jubir: Kasus COVID-19 di Mimika tertinggi di Papua
Pasien sembuh meningkat
Juru Bicara Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Mimika, Reynold Ubra mengatakan jumlah pasien sembuh dari kasus COVID-19 di Mimika terus bertambah, dimana saat ini berjumlah 23 orang dari sebelumnya 17 orang.
Pada Rabu (13/5) terdapat penambahan enam pasien sembuh, keseluruhan pasien sembuh itu berasal dari Rumah Sakit Tembagapura.
"Kumulatif pasien sembuh COVID-19 di Kabupaten Mimika berjumlah 23 orang atau 20,18 persen, sementara jumlah pasien meninggal belum ada penambahan (masih tetap tiga orang, red.) atau 2,63 persen," katanya.
Jumlah pasien sembuh terbanyak dari RSUD, yaitu 12 orang atau 52,2 persen dan RS Tembagapura 11 orang atau 47,8 persen.
Adapun jumlah kasus positif COVID-19 di Mimika hingga Kamis ini sebanyak 114 kasus.
Rincian kasus COVID-19 per distrik (kecamatan) di Mimika, yaitu Tembagapura 72 kasus, Kuala Kencana (4), Mimika Baru (17), dan Wania (21).
Dari 114 kasus kumulatif COVID-19 di Mimika, kasus aktif yang sedang ditangani pihak rumah sakit setempat sebanyak 88 kasus, dengan rincian, RSUD Mimika merawat dan mengisolasi 19 pasien, Shelter Wisma Atlet (7), RSMM Timika (23), serta RS Tembagapura (55).*
Baca juga: Empat kelurahan di Kabupaten Mimika zona merah penyebaran COVID-19
Baca juga: DPRD Mimika minta Freeport cegah penularan COVID-19 di Tembagapura
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020