Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari mengatakan baru sekitar 1.200 pelatihan digital yang diminati oleh peserta pelatihan, dari 3.000 program yang ditawarkan dalam platform penyedia layanan.Dari 3.000, yang laku baru 1.200, artinya latihan yang dijual dengan harga selangit atau murah meriah, belum tentu laku, karena yang menentukan penerima manfaat.
"Dari 3.000, yang laku baru 1.200, artinya latihan yang dijual dengan harga selangit atau murah meriah, belum tentu laku, karena yang menentukan penerima manfaat," kata Denni dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Senin.
Baca juga: Kemenko: Pendaftaran Kartu Prakerja batch IV tunggu revisi Perpres
Denni mengatakan program pelatihan yang tidak diminati peserta tersebut belum tentu sepi peminat karena penilaian atas layanan itu ditentukan langsung oleh para peserta.
"Kalau ada yang masih persisten dapat bintang satu, bisa jadi orang kecewa karena tidak sesuai ekspektasi, ada penilaian personal atau karena memang jelek," katanya.
Ia memastikan manajemen juga melakukan evaluasi maupun pengecekan ulang atas berbagai pelatihan digital tersebut, termasuk dengan menjajal program yang sepi peminat.
"Kami berkolaborasi dengan KL dan pihak-pihak yang kompeten dengan term and condition yang baik untuk melakukan pengecekan dan kurasi beberapa program pelatihan," ujarnya.
Baca juga: Komisi IX DPR RI belum bahas kartu pra kerja
Melalui evaluasi tersebut, manajemen bisa memutuskan terkait kelanjutan penambahan program pelatihan dan minat peserta terhadap program tertentu yang dibutuhkan untuk penciptaan kerja.
"Kami juga fokus untuk memasukkan platform digital baru, karena ada 19 perusahaan yang juga tertarik masuk serta puluhan lembaga pelatihan baru," katanya.
Baca juga: Anggota F-Demokrat minta KPK tindak tegas penyimpangan Kartu Prakerja
Denni juga memaparkan platform pelatihan yang banyak diminati oleh peserta Kartu Prakerja adalah program Bahasa Inggris, yang sesuai dengan profil usia para peserta, diikuti pelatihan kewirausahaan.
"Bahasa Inggris sudah menjadi keniscayaan, apalagi 85 persen peserta usia 18-35 tahun, anak-anak muda harus melek digital, karena informasi tidak hanya berasal dari Bahasa Indonesia," katanya.
Ia menambahkan program ini telah menyentuh 513 kabupaten kota di seluruh Indonesia, kecuali Kabupaten Deiyai di Papua.
"Nanti semua ada ulasan dan evaluasi setelah tiga bulan berjalan, termasuk melakukan recollection dan tracking untuk mencari mana program yang buruk dan konsisten," ujarnya.
Hingga saat ini, terdapat 680.918 peserta Kartu Prakerja yang mendaftar melalui tiga gelombang. Dari jumlah tersebut sebanyak 477.971 peserta sudah menuntaskan setidaknya satu pelatihan dalam platform digital. Namun, jumlah penerima insentif baru mencapai 361.209 peserta, dengan sisanya masih menunggu keputusan Komite.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020