Para seniman pentas itu tergerak untuk melestarikan budaya sastra Indonesia dengan ikut serta dalam program yang digagas Titimangsa Foundation, KawanKawan Media, dan
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud RI.
Selain melalui podcast @budayakita, "Sandiwara Sastra" juga dapat didengarkan di Radio Republik Indonesia (RRI). Nantinya, tiap episode baru akan tayang setiap pekan.
"Sandiwara Sastra" merupakan alih wahana sastra dalam bentuk sandiwara audio dengan durasi 30 menit. Disutradarai oleh Gunawan Maryanto (sutradara teater serta aktor film), "Sandiwara Sastra" akan dilengkapi dengan tata musik dan suara yang akan membuat karya sastra yang dialih wahanakan dapat semakin dipahami maknanya.
"Sandiwara Sastra" tahap satu berisi alih wahana dari 10 karya sastra yakni adaptasi dari novel "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari, "Helen dan Sukanta" karya Pidi Baiq, cerpen "Kemerdekaan" karya Putu Wijaya, cerpen "Mencari Herman" karya Dewi Lestari, cerpen "Berita dari Kebayoran" karya Pramoedya Ananta Toer dan adaptasi novel "Lalita" karya Ayu Utami.
Aktor dan aktris yang terlibat dalam "Sandiwara Sastra" ini di antaranya adalah Marsha Timothy, Vino G. Bastian, Nicholas Saputra, Reza Rahadian, Happy Salma, Lukman Sardi, Iqbaal Ramadhan, Adinia Wirasti, Arswendy Bening Swara, Pevita Pearce, Ario Bayu, Widi Mulia, Jefri Nichol, Lulu Tobing, Oka Antara, Najwa Shihab, Mathias Muchus, Chicco Jerikho dan Chelsea Islan.
Baca juga: "Salah Asuhan", karya sastrawan yang kelahirannya jadi Hari Sastra
Baca juga: Sastrawan: Sastra Jawa akan tetap bertahan di era milenial
Pengalaman pertama
Bagi kebanyakan pengisi suara tersebut, berakting melalui suara adalah sebuah pengalaman pertama. Namun, semuanya mengaku jika proses alih suara ini sangat menyenangkan.
"Ini pengalaman pertama aku untuk drama radio karena biasanya depan kamera dan ini sebuah experience baru. Ini sangat menyegarkan dalam keadaan pandemi, mudah-mudahan ini bisa menjadi ajakan masyarakat lainnya untuk mengenal sastra lainnya," ujar Pevita Pearce dalam peluncuran "Sandiwara Sastra" secara daring, Selasa.
Sementara itu, Iqbaal Ramadhan mengatakan adanya "Sandiwara Sastra" diharapkan membangun ketertarikan anak muda terhadap sastra Indonesia, apalagi saat ini adalah zamannya podcast yang rata-rata digunakan oleh generasi muda.
"Dengan adanya pengalihan wahana harusnya bisa membuat ketertarikan baru anak-anak remaja umuran aku. Reproduksi penting banget agar anak2-anak enggak cuma mendengar tapi membaca dan menuliskan karya sastra," jelas Iqbaal.
Selain itu, ada empat novel dan cerpen yang sedang dalam proses adaptasi sehingga secara keseluruhan pada tahap satu ada 10 karya sastra yang dialih wahanakan.
Baca juga: Sapardi Djoko Damono - Rintik Sedu ciptakan puisi lintas generasi
Baca juga: Penggiat upayakan pelestarian tradisi sastra lisan asli daerah
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020