Upaya menjaga Korowai bebas dari COVID-19

8 Juli 2020 22:29 WIB
Upaya menjaga Korowai bebas dari COVID-19
Pilot dan salah seorang warga menaiki barang-barang yang dibawa oleh Tim Dinkes Kesehatan ke Helikopter. (ANTARA/Musa Abubar)
Suku Korowai adalah suku yang baru ditemukan keberadaannya sekitar 30 tahun silam di pedalaman Papua. Suku terasing ini hidup di rumah yang dibangun di atas pohon. Namanya, rumah tinggi.

Beberapa rumah mereka bahkan bisa mencapai ketinggian sampai 50 meter dari permukaan tanah. Suku Korowai adalah salah satu suku di daratan Papua yang tidak menggunakan koteka. Kini warga Korowai sudah jarang membangun rumahnya di atas pohon. Kebanyakan warga di wilayah ini jarang mengenakan koteka, mereka mengenakan pakaian, layaknya orang di kota.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua terus berupaya menjaga agar warganya tetap sehat, sembuh dari COVID-19. Salah satu upaya yang dilakukan adalah tes cepat corona.

Tes cepat COVID-19 atau lebih dikenal dengan sebutan rapid test ini gencar dilakukan oleh Dinkes Papua, nyaris di seantero wilayah paling timur itu, baik di perkantoran, sekolah, karyawan swasta bahkan sampai ke kabupaten-kabupaten di daerah tersebut agar warga tetap sehat, sembuh dan bebas dari corona.

Sesuai data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, bahwa ada 17 kasus COVID-19 dan mereka menyebutnya semua dari Kampung Kawe, Distrik Kawinggon, Kabupaten Pegunungan Bintang. Tak hanya Kawe, banyak kampung di distrik ini. Kawe dan sejumlah kampung lainnya termasuk salah satu wilayah suku Korowai.

Ketika Dinkes Papua mendapat data dari Dinkes Kabupaten Boven Digoel, Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal memerintahkan Kepala Dinas Kesehatan Papua, Dr Robby Kayame agar menurunkan tim ke Kampung Kawe untuk melakukan tes cepat COVID-19 guna membuktikan kebenaran data tersebut.

Apabila ada warga positif COVID-19, diberi obat agar daya tahan tubuhnya kuat sehingga cepat sembuh dari cengkraman virus asal Wuhan, Cina itu.

Baca juga: Tes cepat dilakukan bagi 253 petambang emas Korowai-Pegunungan Bintang

Baca juga: Sebesar 51 persen pasien positif COVID-19 di Papua sembuh



Datangi lokasi

Pada Rabu (24/6) tim Dinkes Papua berangkat dengan menggunakan pesawat Alda Air jenis Caravan dari Jayapura menuju Kabupaten Boven Digoel.

Keesokan harinya, Kamis (25/6) tim melanjutkan perjalanan dengan menggunakan helikopter dari Boven Digoel menuju mining 33 salah lokasi penambangan rakyat di Distrik Kawinggon, Kabupaten Pegunungan Bintang.

Perjalanan dari Boven Digoel ke mining 33 memakan waktu kurang lebih satu jam perjalanan. Mining 33 adalah salah satu dari sekian lokasi penambangan emas di distrik tersebut. Beberapa tempat penambangan itu diisukan banyak yang reaktif COVID-19.
​​​
Wilayah Mining 33 yang didatangi oleh tim Kesehatan Provinsi Papua (ANTARA/Musa Abubar)


"Terkait dengan wabah COVID-19 yang menjadi persoalan di dunia, kami di Korowai, sub suku terkecil dari Sanggaup, kalau memang pemerintah mengatakan bahwa Korowai ini terinfeksi corona, kami masyarakat keberatan dengan isu itu," kata Nikus Klaru, salah satu warga suku Senggaup kepada tim, saat tiba di mining 33.

Mayoritas masyarakat Suku Korowai, Komban dan Wambon di daerah itu merasa keberatan dengan ucapan-ucapan atau sebutan-sebutan bahwa mereka sebagai orang yang terpapar COVID-19.

"Kami minta harus ada bukti yang akuntabel dan menyatakan bahwa itu positif COVID-19 dan daerah Korowai menjadi zona merah COVID-19," ujar Nikus Klaru lagi.

Namun, kata Nikus, sepanjang belum ada bukti yang valid, jangan dikatakan bahwa daerah Korowai adalah zona merah COVID-19.

Pemilik dusun wilayah mining 33 juga membantah daerahnya disebut-sebut masuk zona merah COVID-19.

Ben Yarik, pemilik dusun mining 33 mengatakan pemerintah menyatakan Korowai terpapar corona, berarti di tempat tambang juga corona, itu tidak benar.

"Kami tidak tahu soal COVID-19, mungkin lebih bagus dibuktikan dengan data, kalau tidak terbukti maaf jangan disebut sebagai tempat corona," katanya.

Baca juga: Tokoh masyarakat Papua digandeng untuk sosialisasi protokol kesehatan

Baca juga: Percontohan "RT/RW Tangguh COVID-19" diluncurkan di Papua



Tes cepat
​​​​​​
Tes cepat COVID-19 dilakukan untuk membuktikan bantahan itu bisa dipertanggungjawabkan. Tim Dinas Kesehatan Papua yang terjun ke lokasi membuktikannya dengan melakukan tes cepat terhadap penambang.

Tes cepat COVID-19 terhadap penambang itu dilakukan selama lima hari yakni sejak Jumat-Selasa (26-30/6). Warga tampak berbondong-bondong datang untuk dites. Warga yang datang mulai dari pemuda, orang tua lanjut usia (lansia) hingga anak-anak, baik perempuan maupun laki-laki.

Mereka datang dari beberapa lokasi yang berdekatan dengan wilayah miring 33 di antaranya Danowage, miring 99, rumah empat, danokit, mining 96, Kali Feri, Kali Dawe, Abuwage, Waliguru dan Burukmakot.

Tes cepat dilakukan sejak pagi, siang hingga malam hari. Bermodalkan senter di kepala tim melanjutkan tes cepat COVID-19 terhadap warga yang datang di malam hari.

Selama lima hari, tim mencatat sebanyak 250 warga penambang emas yang mengikuti tes cepat corona. Dari jumlah itu, hanya empat orang yang reaktif. Tes cepat itu dilakukan sebagai salah satu upaya oleh Dinas Kesehatan Papua untuk membuktikan isu Korowai masuk zona merah COVID-19.
 
Tes cepat COVID-19 yang dilakukan oleh tim Kesehatan di wilayah mining 33 (ANTARA/Musa Abubar)
​​​​​​
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Provinsi Papua, dr Aaron Rumainum, selaku ketua tim mengatakan, tes cepat itu dilakukan sebagai upaya Dinas Kesehatan Papua untuk membuktikan informasi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel bahwa daerah itu termasuk zona merah penyebaran virus corona.

Sesuai data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Boven Digoel, bahwa ada 17 kasus COVID-19 dan mereka menyebutnya semua dari Kampung Kawe.

Baca juga: Menko PMK dorong perekonomian di Papua segera membaik

Baca juga: Positif COVID-19 di Papua bertambah 38 jadi 2.012 orang



Imun tubuh kuat

Aaron mengatakan Kampung Kawe mempunyai banyak lokasi penambangan rakyat, harusnya disebutkan secara rinci mining berapa, karena Kawe mempunyai beberapa tempat yaitu Pisang-pisang yang merupakan lokasi persinggahan para penambang.

Setelah singgah, para penambang ini akan tersebar di banyak tempat di wilayah yang diapit oleh empat kabupaten yakni Kabupaten Pegunungan Bintang, Yahukimo, Asmat dan Boven Digoel ini.

"Jadi, ke depan alangkah baiknya kita menyebutkan lokasinya atau penambangan mana, tapi Kawe dan Pisang-pisang itu tempat persinggahan," ujarnya.

Dari tes yang dilakukan, tim mengklaim penyebaran corona di daerah ini agak susah dideteksi karena penambang sehari-hari bekerja di bawah terik panas matahari.

Panas matahari memberi tambahan vitamin D. Selain itu, kebanyakan penambang tidur di ruang terbuka, tidak tertutup. Ada kamp tetapi udara masuk dari mana-mana.

"Karena mereka bekerja di bawah panas matahari, maka susah terkena corona. Walaupun terpapar COVID-19, mereka tidak akan mati. Kalau dikatakan pusat COVID-19 tidak bisa karena mereka kebal sekali, fisik mereka lebih kuat," ujar dokter Aaron Rumainum.

Berdasarkan tes yang dilakukan,wilayah Korowai sulit dikategorikan sebagai salah satu zona merah penyebaran COVID-19. Warga di wilayah ini bebas dari corona, walaupun terpapar mereka tidak akan mati karena imun tubuhnya kuat.*

Baca juga: Menkes harap tenaga medis di Papua terus jalankan protokol kesehatan

Baca juga: Menantikan akhir pandemi COVID-19 di Mimika

Pewarta: Musa Abubar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020