"Aku sama Donna sejak anak masih kecil selalu berusaha menerapkan mereka cuma boleh main game di weekend, dibatasi sehari dua jam," kata dia dalam webinar, Selasa.
Darius tak menampik, terkadang aturan ini tak mutlak berlaku salah satunya karena hanya ada satu gawai untuk tiga orang anak. Ketiganya harus bergantian dan di sini Darius bersama Donna mengajarkan anak-anak mereka berbagi.
"Gadget buat mereka enggak dedicated seorang satu, harus gantian. Kami ajarkan mereka juga sharing," tutur dia.
Untuk jenis permainan yang dimainkan, Darius juga berusaha mengontrolnya dan sebisa mungkin menghindarkan anak-anaknya terekspos permainan yang berbau kekerasan sampai usia tertentu.
Saat anak berusia lebih dewasa, yakni memasuki usia kelas 5 Sekolah Dasar, barulah dia memberikan akses penuh pada gawai, seperti yang dia terapkan pada Lionel Nathan Sinarthrya Kartoprawiro.
"Kami beri kepercayaan dia, di kelas 5 dan 6 karena sudah punya grup WA, kadang ada update tugas, kami izinkan untuk (pakai gadget) komunikasi, main game-nya tetap di weekend. Akhirnya di SMP kami belikan dia gadget yang benar-benar bisa dipegang seharian," tutur Darius.
Dia juga terus memberi pengertian pada putranya untuk bisa mengatur pemakaian gawai sendiri. Walau ini tak menjamin sang anak samasekali tak melakukan pelanggaran.
"Tentu banyak pelanggaran dilakukan misalnya kalau weekdays kalau jam 7 malam sudah tidak dipakai main atau nonton video, tetap masih lewat. Kami ingetin walau capek dan bosan," demikian kata Darius.
Baca juga: Demi anak, Darius Sinathrya punya "boys time"
Baca juga: Beri anak "gadget", terapkan aturan 20:20 untuk kesehatan mata
Baca juga: Psikolog: Orang tua bijak berikan gawai saat anak belajar di rumah
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020