Dinas Kesehatan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, tetap melakukan pemantauan terhadap empat penderita kasus gizi buruk, kendati kegiatan posyandu selama pandemi COVID-19 ditiadakan.Empat kasus gizi buruk ini merupakan sisa kasus tahun lalu
"Meskipun kegiatan posyandu selama pandemi COVID-19 tidak ada, tapi petugas kami tetap memantau tumbuh kembang bayi, balita, ibu hamil termasuk penderita gizi buruk," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr H Usman Hadi di Mataram, Selasa.
Dikatakannya dalam pelayanan pemantauan terhadap kasus gizi buruk tersebut pihaknya tidak terlalu kesulitan sebab tim dari 11 puskesmas telah melakukan pemetaan terhadap kasus-kasus pada bayi dan balita terutama untuk kasus gizi buruk, gizi kurang serta balita kerdil.
"Jadi, meskipun tidak dilaksanakannya posyandu secara rutin selama pandemi COVID-19, tidak mempengaruhi terhadap angka penambahan kasus gizi buruk dan lainnya. Empat kasus gizi buruk ini merupakan sisa kasus tahun lalu," kata Usman yang merahasiakan identitas empat penderita gizi buruk.
Dalam pelayanannya, lanjut Usman, tim dari 11 puskesmas aktif melakukan pemantauan dan pemeriksaan kesehatan terhadap penderita gizi buruk tentunya dengan tetap menggunakan standar protokol COVID-19.
Baca juga: Ratusan anak balita di kota Kupang menderita gizi buruk
Baca juga: Dinkes Makassar tetap fokus tangani kekerdilan saat pandemi COVID-19
Usman mengakui, penanganan empat kasus gizi buruk itu cukup lama karena balita tersebut memiliki kelainan saat lahir itu antara lain berat badan rendah dan pengecilan otak.
"Kasus gizi buruk, terjadi pada hampir semua daerah dan sampai saat ini kami belum mendengar satu daerah yang bebas dari gizi buruk," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya berharap apabila jumlah kasus gizi buruk yang ditangani saat ini tidak bisa berkurang karena adanya penyakit bawaan, setidaknya jumlahnya tidak bertambah.
Terkait dengan itu, upaya penanganan terus dilakukan dengan melibatkan petugas dari puskesmas yang akan melakukan perawatan dan kunjungan langsung ke rumah pasien secara berkala dan memberikan bantuan makanan pendamping ASI.
Selain itu, secara berkala mendapatkan bantuan makanan dan sembako yang disebut formula 100 dan formula 75 yang berisi susu, minyak goreng, biskuit, margarin dan lainnya untuk mendukung peningkatan gizi keluarga.
"Apabila terjadi komplikasi terhadap penyakitnya, mereka akan dirujuk ke RSUD Kota Mataram," katanya.
Baca juga: Dinkes Dharmasraya catat 21 kasus gizi buruk hingga Juni 2020
Baca juga: Ancaman hilangnya generasi selama pandemi
Pewarta: Nirkomala
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020