• Beranda
  • Berita
  • Kemendikbud sebut tidak ada program studi yang suram

Kemendikbud sebut tidak ada program studi yang suram

1 Oktober 2020 18:37 WIB
Kemendikbud sebut tidak ada program studi yang suram
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto dalam Kuliah Umum Mahasiswa Baru STP Trisakti 2020/2021 di Jakarta, Kamis (1/10). (ANTARA/Indriani)

Di dunia industri yang dibutuhkan adalah kemampuan nonteknis

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto mengatakan tidak ada program studi yang suram.

"Di dunia ini tidak ada program studi yang suram. Segala sesuatunya harus dilakukan dengan "passion". Bahkan masuk fakultas kedokteran UGM pun, kalau tidak "passion" akan menjadi suram," ujar Wikan Sakarinto dalam Kuliah Umum Mahasiswa Baru STP Trisakti 2020/2021 di Jakarta, Kamis.

Oleh karena itu, Wikan meminta agar mahasiswa baru yang masuk ke pendidikan vokasi maupun perguruan tinggi vokasi tidak merasa rendah diri dengan rekan-rekannya yang masuk perguruan tinggi akademik.

Jika mahasiswa ingin keberadaannya naik maka buktikan dengan kompetensi kemampuan nonteknis yakni bisa bicara, berempati, kemampuan komunikasi yang baik, menerima perbedaan, dan berpikir kritis.

"Yang paling penting adalah berani berinovasi, tidak takut melakukan kesalahan," kata dia lagi.

Dalam kesempatan itu, Wikan menambahkan bahwa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukan satu-satunya penentu kesuksesan mahasiswa setelah lulus dari kuliah. Kompetensi yang utama adalah kompetensi nonteknis.

Sejumlah perusahaan bahkan mengeluhkan bahwa banyak lulusan perguruan tinggi yang kurang tahan menghadapi tekanan dalam dunia kerja, kurang dapat bekerja sama dalam sebuah tim, kurang dapat berkomunikasi lisan dan tulisan, serta kurang inisiatif dan mudah bosan.

"Di dunia industri yang dibutuhkan adalah kemampuan nonteknis," cetus dia.

Baca juga: Presiden Jokowi dorong industri dan pendidikan vokasi bersinergi

Baca juga: Dirjen : Pendidikan vokasi syarat agar menjadi negara maju



Kemendikbud, lanjut dia, merancang konsep "pernikahan massal" antara pendidikan vokasi dan industri, dunia usaha dan dunia kerja. Program tersebut bukan hanya sekedar tanda tangan saja, namun lebih dalam dan erat. Program itu mulai dari penyusunan kurikulum, pelatihan, magang, dosen tamu hingga pemberian beasiswa. Melalui program tersebut, maka semakin tinggi minat industri untuk merekrut lulusan pendidikan vokasi.

Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti, Fetty Asmaniati, mengatakan pihaknya melakukan sejumlah perubahan untuk mahasisw angkatan baru.

Mulai tahun akademik 2020/2021, pihaknya menerapkan kebijakan Kemendikbud yakni Kampus Merdeka.

Untuk pembelajaran, pihaknya mengutamakan teori lebih dulu baru kemudian praktik begitu kondisi pandemi COVID-19 mulai melandai.

"Melalui kuliah umum ini, kami berharap wawasan maupun pengetahuan mahasiswa baru dapat bertambah. Mudah-mudahan kalian akan memahami setelah lulus mau kemana," kata Fetty.

Ketua Yayasan Trisakti, Bimo Prakoso, berharap mahasiswa baru dapat beradaptasi dengan dunia perkuliahan dengan baik. Bimo berpesan agar mahasiswa menjauhi narkoba dan mampu berkolaborasi dengan sesamanya.

Baca juga: Kemendikbud: Dukungan pemda bikin pendidikan vokasi naik kelas

Baca juga: Kemendikbud : "Ijon" siswa SMK selaras dengan "pernikahan massal"

 

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020