"Situasi di Laut China Selatan secara keseluruhan stabil," kata PM Li dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke-23 ASEAN-China yang digelar secara virtual, Kamis.
Mengingat kepentingan yang lebih besar, lanjut dia, China dan negara-negara ASEAN telah meningkatkan kerja sama di segala bidang dan secara aktif mengatasi segala perbedaan yang ada.
"China tetap memegang erat komitmennya dalam menyelesaikan COC (Kode Etik Para Pihak di Laut China Selatan)," ujarnya dalam keterangan tertulisnya kepada ANTARA di Beijing.
Dengan begitu, menurut Li, China dan negara-negara ASEAN bisa menunjukkan kepada masyarakat internasional atas kemampuannya mengelola situasi di Laut China Selatan dengan baik, demi terjaganya stabilitas dan perdamaian di kawasan.
China mempertimbangkan penyelenggaraan pertemuan konsultatif sesegera mungkin setelah pandemi COVID-19 mereda.
Selama masa pandemi, kemitraan ASEAN-China makin meningkat.
Bahkan hingga kuartal ketiga nilai perdagangan kedua belah pihak naik lebih dari 70 persen.
Kenaikan itu membawa ASEAN menduduki peringkat pertama mitra dagang terbesar China sekaligus menggeser posisi Uni Eropa.
Baca juga: Jelang KTT, ASEAN diharapkan tetap netral di tengah rivalitas AS-China
Baca jga: Kemlu RI: Ada penolakan klaim China atas LCS dari "non-claimant" ASEAN
Baca juga: China peringatkan negara Asia untuk waspada terhadap strategi AS
Menlu ingin UNCLOS 1982 ditegakkan di Laut China Selatan
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020