• Beranda
  • Berita
  • Faktor lingkungan berisiko lebih tinggi picu diabetes dari genetik

Faktor lingkungan berisiko lebih tinggi picu diabetes dari genetik

16 November 2020 14:24 WIB
Faktor lingkungan berisiko lebih tinggi picu diabetes dari genetik
Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Prof dr Ketut Suastika. ANTARA/Muhammad Zulfikar.

faktor lingkungan ini pengaruhnya lebih tinggi

Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Prof dr Ketut Suastika mengatakan faktor lingkungan memiliki risiko lebih tinggi memicu diabetes jika dibandingkan faktor genetik atau keturunan.

"Jangan lupa, faktor lingkungan ini pengaruhnya lebih tinggi," kata dia pada diskusi daring dalam memperingati Hari Diabetes Sedunia yang dipantau di Jakarta Senin.

Hal itu diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Perkeni di Bali, dimana orang yang obesitas dan memiliki lingkar pinggang lebih dari normal maka itu berkaitan erat dengan tekanan gula darah, kadar gula darah, kolesterol yang berhubungan langsung dengan obesitas.

"Kalau laki-laki lingkar pinggangnya lebih dari 90 centimeter dan perempuan 80 centimeter maka itu berhubungan dengan obesitas," ujar Prof Ketut Suastika.

Ia mengatakan pada umumnya diabetes dipicu oleh perilaku masyarakat yang menyebabkan seseorang menjadi obesitas atau penumpukan lemak berlebihan dalam tubuh.

Baca juga: Ahli ajak masyarakat kenali gejala diabetes

Baca juga: Gaya hidup sehat tunjang penderita diabetes hidup normal


Perilaku tersebut misalnya mengonsumsi makan yang tidak sehat, gaya hidup, malas berolahraga dan lain sebagainya.

Secara umum pengobatan atau pengelolaan penderita diabetes memiliki tujuan menghilangkan gejala. Sebab, gula darah yang tinggi memicu kesemutan, sering buang air kecil dan sebagainya.

"Ini bisa diperbaiki gula darah jangka pendek, sedangkan tujuan jangka panjang ialah mencegah komplikasi kronik sekaligus menekan kematian," ujar dia.

Pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan berdasarkan temuan di Wuhan, Cina dan Amerika Serikat, diabetes diketahui turut menyumbang penyakit penyerta pada pasien COVID-19.

Dari 5.700 pasien COVID-19 di rumah sakit New York, 33,8 persen di antaranya mengidap diabetes dan sebanyak delapan persen dari 46.248 pasien COVID-19 di Wuhan juga menderita diabetes.

"Saya mau menekankan diabetes salah satu penyakit yang paling sering ditemukan di rumah sakit maupun di masyarakat sebagai komorbiditas terjadinya COVID-19 pada pasien," ujar dia.

Baca juga: Ketum Perkeni: Gejala diabetes tidak jelas bisa picu komplikasi

Baca juga: Orang tua diminta waspada gejala diabetes anak

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020