Festival film Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) akan digelar pada 25-26 November 2020 secara daring dan offline, serta dibuka dengan film "Mekong 2030" (2020).
Berbeda dengan tahun sebelumnya, JAFF akan menyajikan program film yang akan ditayangkan secara serentak di 15 kota seluruh Indonesia. Selain itu, pengalihan program non-pemutaran akan disajikan secara daring.
Perayaan JAFF 15 mengusung tema "Kinetik" yang merujuk pada gerakan-gerakan yang berasosiasi dengan kekuatan maupun energi.
Hal itu mencerminkan gerak tumbuh JAFF sebagai festival dalam usahanya untuk mempenetrasi gerak sinema Asia Pasifik di tengah keadaan yang terus berubah. Kedinamisan gerak ini mewakili usaha-usaha para pegiat sinema yang tidak larut dan menyerah terhadap keadaan.
"Di tengah situasi pandemi, 'Kinetik' menggarisbawahi pentingnya merawat gerak sinema Asia demi menggapai kebesarannya. Masyarakat bersama JAFF 15 dapat terlibat aktif bagi mereka yang paling membutuhkan bantuan di tengah krisis, dengan mengarungi gelombang perubahan oleh pesatnya perkembangan teknologi dan transformasi mendasar dalam ekologi media kontemporer" ujar Budi Irawanto selaku presiden JAFF dalam rilis resminya, Selasa.
Baca juga: Klub Nonton penyelenggaran Festival Internasional 15th JAFF di Lampung
Baca juga: Christine Hakim apresiasi penyelenggaraan JAFF
JAFF 15 hadir meretas tantangan di masa yang serba sulit. Sejatinya, kelahiran JAFF pada tahun 2006 juga bersamaan terjadinya gempa bumi Yogyakarta. Pada saat itu, JAFF menjadi medium pertemuan antara sineas dengan masyarakat yang turut memberikan hiburan dan harapan atas keterpurukan menghadapi bencana melalui sajian sinema-sinema Asia.
"JAFF yang memang berakar pada komunitas film, tahun ini menjadi spesial karena berlangsung di 15 kota dan bekerjasama dengan 15 komunitas film serta mempunyai program online untuk memberikan kesempatan agar bisa dinikmati oleh penonton film di Indonesia," kata Ifa Isfansyah, Direktur Festival JAFF 15.
Pembukaan JAFF 15 akan disambut dengan film "Mekong 2030" (2020), sebuah film antologi berisi lima film naratif pendek yang mengisahkan bagaimana masa depan Sungai Mekong dari lima perspektif nasional dan budaya yang berbeda. Berlatar pada tahun 2030, film yang disutradarai oleh lima sineas Asia Tenggara ini mengajak penonton untuk secara aktif melindungi sumber air yang memiliki fungsi kritis dalam kehidupan.
Selain "Mekong", JAFF 15 akan menayangkan film-film lain dari seluruh Asia Pasifik dengan tema isu terkini, sosial, ekonomi, dan budaya dari berbagai negara Asia. Film yang ditayangkan memiliki bentuk yang bermacam-macam mulai dari fiksi, dokumenter, hingga hybrid. Keragaman ini merupakan salah satu dalam merespon gerakan sinema Asia yang selalu bergerak, beradaptasi, dan berkembang seiring berjalannya waktu.
Sebanyak 128 film (57 feature dan 71 film pendek) akan ditayangkan pada gelaran JAFF 15 yang terbagi dalam beberapa program, antara lain Asian Perspectives, JAFF-NETPAC, Light of Asia, Indonesian Films Splash, Special Program dengan Shanghai IFF 2020 dan Kemenparekraf, serta kolaborasi bersama 15 komunitas film.
ProgramPublic Lecture dan Masterclass sebagai program non-pemutaran film turut hadir kembali dalam memeriahkan JAFF 15. Sementara itu, JAFF bekerja sama dengan FESTIF (Fasilitasi Ide Sinema Kreatif) akan Launching Fasilitasi Prodiksi Film Pendek Berbahasa Daerah. Berbagai program yang ada di JAFF dapat disaksikan secara daring maupun offline dengan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
Tercatat ada 29 negara Asia Pasifik yang berpartisipasidi salah satu festival terbesar di Indonesia ini, antara lain Australia, Cambodia, China, Denmark, Germany, Hongkong, India, Indonesia, Iran, Japan, Kazakhstan, Laos, Lebanon, Malaysia Myanmar, Norwegia, Philippines, Qatar, Serbia, Singapore, Sri Lanka, South Korea, Taiwan, Thailand, Tibet, Turkey, USA, Uzbekistan dan Vietnam.
Baca juga: Jogja-NETPAC Asia Film Festival pertama kalinya digelar di satu tempat
Baca juga: JAFF 2019 usung tema "Revival"
Baca juga: "Keluarga Cemara" tayang perdana di Jogja-Netpac Asian Film Festival
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020