"Asosiasi ini tugasnya memastikan bahwasanya ada kelanjutan usaha para anggotanya," kata Firman dalam diskusi webinar "Umrah Anti-Mainstream" yang dipantau dari Jakarta, Senin.
Ia mengatakan pandemi menjadi kendala dalam perjalanan umrah seiring kebijakan Arab Saudi menutup akses datangnya jamaah umrah baru-baru ini.
Selain itu, kata dia, negara kerajaan petro dolar itu memiliki "Visi Saudi 2030" yang berkemungkinan jamaah umrah dari berbagai negara dapat datang tanpa menggunakan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU). Dengan begitu, memungkinkan banyak umrah dan haji backpacker datang ke Saudi.
Baca juga: Saudi tutup akses, KJRI: Pemulangan jamaah umrah sesuai jadwal
Baca juga: AMITRA buka lima kantor cabang permudah masyarakat daftar haji-umrah
"Kadang-kadang kurang tepat melakukan backpacker seperti itu ke Tanah Suci karena ada syarat, rukun dan wajib (umrah serta haji) yang harus dilakukan. Jadi ke Mekkah dan Madinah itu bukan sekadar jalan-jalan tapi perjalanan ibadah," katanya.
Terkait pandemi, bisnis umrah memang sangat terkendala karena selain ada protokol ketat terdapat biaya yang lebih besar untuk berumrah di tengah ancaman penularan COVID-19.
Meski begitu, Firman mengatakan PPIU akan tetap bertahan dengan berbagai kreativitas meski tidak memberangkatkan jamaah umrah Indonesia.
Beberapa cara agar para karyawan tetap bertahan, kata dia, Amphuri membangun diversifikasi usaha. Potensi karyawan meski tidak menjalankan pekerjaan terkait umrah bisa dikaryakan untuk berbagai kegiatan multiusaha sehingga tetap produktif dan ada pemasukan.*
Baca juga: Travel umrah bentuk konsorsium hadapi lesunya pasar
Baca juga: 33 pengusaha travel bentuk asosiasi umrah Gaphura
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021