Dalam kasus ini, dokter spesialis gigi anak konsultan dari Fakultas Kedokteran Gigi niversitas Padjadjaran (UNPAD), Eriska Riyanti mengingatkan para ibu memilih dot (pengganti puting susu yang biasanya terbuat dari karet atau plastik) yang tepat sehingga bisa menyesuaikan dengan kemampuan menghisap bayi.
Baca juga: Kemampuan bayi hisap ASI pengaruhi tumbuh kembang di masa depan
"Bila dot yang digunakan tidak menyesuaikan keadaan anatomi puting ibu dan kemampuan menghisap lidah maka posisi dot berada pada posisi utuh, sehingga keadaan kedap dalam rongga mulut tidak tercapai, menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan rahang serta rongga mulut anak," kata dia dalam webinar yang diselenggarakan produsen botol Baby HUKI, Jumat.
Saat bayi menghisap ASI, puting ibu masuk ke dalam rongga mulut bayi, kemudian lidah mendorong puting ke bagian atas rongga mulut. Otot-otot di sekitar rongga mulut pun akan melakukan penghisapan dan terjadilah pergerakan secara ritmik sehingga menarik ASI dari puting. Setelah itu, pada kondisi bagian atas lidah yang kedap maka ASI akan keluar, diikuti gerakan lidah mendorong ASI ke bagian belakang dan proses menelan terjadi.
Eriska mengatakan, dot yang ibu pilih sebaiknya dirancang secara fisiologis untuk memfasilitasi pergerakan lidah ke depan dan ke atas pada daerah permukaan datar dot, sehingga aliran air susu tidak akan otomatis mengalir ke tenggorokan bila tidak terjadi gerakan mengisap karena adanya aktivitas otot-otot lidah, pipi, dan bibir. Mekanisme tersebut tidak menimbulkan si Kecil tersedak.
Baca juga: Cerita Mytha Lestari gunakan naluri keibuan untuk kali pertama
Dengan kata lain, dot ini dari sisi fungsi dan mekanisme harus memenuhi sejumlah syarat antara lain bisa menyerupai menghisap dari puting ibu, mengurangi menghisap yang buruk artinya saat menghisap yang salah dapat mengakibatkan gangguan saat menelan dan mencegah bernapas melalui mulut karena bernapas yang baik harus melalui hidung.
Penggunaan dot yang tepat juga bisa berpengaruh pada kontrol otonom dan kardiovaskuler artinya saat anak menghisap ritme jantung harus terjaga, kemudian perlu berefek menenangkan anak sehingga tidak merasa gelisah kalau tidak mendapatkan ASI langsung dari payudara ibu.
"Ada kebiasan non-nutrisi biasanya penggunaan dari empeng yang bisa menenangkan, aktivitas otot bayi akan terkoordinasi. Keadaan harus kita pindahkan pada sebuah dot. Tidak mengakibatkan perubahan oklusi, harus diperbaiki atau dikembangkan melalui dot orthodontic," tutur Eriska.
Hasil penelitian dari Departemen Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (UNPAD) tahun 2020 menunjukkan, risiko atau masalah yang kerap timbul akibat penggunaan dot, baik jangka pendek maupun jangka panjang dapat dicegah dengan dot yang dikembangkan sesuai prinsip fisiologis yang mendukung ritmik isap yaitu dot orthodontic.
Baca juga: Beda kosongkan payudara pakai pompa vs menyusui langsung
Baca juga: Ibu positif COVID-19 bisa tetap menyusui secara aman
Baca juga: Fakta ASI, foremilk versus hindmilk mana yang lebih penting?
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021