Puncak wabah virus corona di Indonesia diyakini banyak pihak telah terlampaui pada awal hingga pertengahan Juli 2021.Tampaknya masih butuh waktu untuk merasakan kehidupan betul-betul normal
Pemandangan menyesakkan perasaan atas kondisi rumah sakit saat itu kini tinggal kenangan. Begitu juga kecemasan masyarakat atas wabah ini berangsur sirna.
Baca juga: Wagub harap level PPKM Jakarta bisa turun lagi
Dua bulan telah berlalu. Kini masyarakat sedang menapaki pemulihan keadaan dengan aktivitas publik di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang levelnya sesuai ketentuan pemerintah pusat.
Tanda-tanda ke arah pulihnya keadaan terlihat seiring dengan terus menurunnya angka kasus positif yang diumumkan setiap hari. Tampak bahwa grafik penularannya cenderung landai; masih ada pertambahan kasus baru tetapi bukan lonjakan angka.
Grafik perkembangan kasus baru sepanjang Juni terus melejit hingga pertengahan Juli lalu. Kemudian fluktuatif hingga akhir Juli.
Pada Agustus mulai landai. Meski kadang ada pertambahan kasus baru hingga 10 ribu bahkan lebih tetapi kadang turun hingga di bawah 10 ribu.
Baca juga: Pemkot Jakbar imbau seluruh perusahaan pakai aplikasi PeduliLindungi
Pada 30 Agustus terdapat pertambahan kasus sebanyak 5.436 kemudian melonjak hingga 10.534 pada 31 Agustus. Lalu 1 September turun dengan angka 10.337 kasus dan selanjutnya hingga 13 September bertambah di bawah 10 ribu, bahkan di bawah 5.000 kasus per hari.
Data Kementerian Kesehatan (Kemkes) menyebutkan jumlah kasus harian terkonfirmasi positif terpapar virus corona (COVID-19) semakin berkurang. Pada Ahad (12/9) hanya sebanyak 3.779 kasus dan Senin turun menjadi hanya 2.557 kasus.
Pertambahan kasus konfirmasi positif tertinggi pada Ahad berada di Jawa Barat dengan 567 kasus, disusul Jawa Timur (367).
Di urutan ketiga ada DKI Jakarta dengan 306 kasus. Sumatera Utara dan Jawa Tengah di posisi keempat dan kelima dengan 281 kasus dan 168 kasus.
Turun
Jumlah pasien yang sembuh dari penularan COVID-19 secara nasional mencapai 9.401 pasien dengan Jawa Tengah di urutan pertama sebanyak 2.004 pasien.
Jawa Barat di urutan kedua dengan 978 pasien sembuh. Jawa Timur dan Sumatera Utara di peringkat selanjutnya dengan 614 dan 527 pasien berhasil sembuh dan di urutan kelima DI Yogyakarta dengan 446 pasien sembuh.
Kemudian jumlah pasien meninggal akibat COVID-19 di Tanah Air tercatat 188 pasien. Dari jumlah tersebut, Jawa Timur berada di urutan pertama dengan 31 pasien meninggal.
Disusul Bali sebanyak 17 pasien meninggal. Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Kalimantan Timur di urutan berikutnya dengan masing-masing sebanyak 14 orang.
Sementara jumlah kasus aktif turun sebanyak 5.810 kasus menjadi 109.869 kasus aktif. Jumlah spesimen yang diperiksa sebanyak 198.052 spesimen dengan "positivity rate" sebesar 3,05 persen.
Sejak pertama kali diumumkan ada dua warga Indonesia terpapar COVID-19 pada 2 Maret 2020, wabah ini telah menginfeksi 4.170.088 WNI, 3.931.227 di antaranya telah sembuh.
Sebanyak 99.696 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit maupun isolasi mandiri (isoman) dan isolasi terpusat (isoter). Selain itu, 139.165 telah meninggal dunia.
Semarak
Tren landainya perkembangan wabah juga terlihat jelas dan nyata di DKI Jakarta. Aktivitas ekonomi mulai semarak lagi seiring pelonggaran bekerja di kantor meski masih ada pembatasan.
Semaraknya aktivitas ekonomi secara kasat mata bisa dilihat dari mulai padatnya arus lintas di dalam kota. Bahkan pada pulang kantor, arus lalu lintas padat merayap.
Pusat-pusat perbelanjaan (mal) dan pertokoan telah dibuka lagi. Begitu juga restoran dan rumah-rumah bisa buka dengan jam operasional hingga pukul 21.00, lebih lama dibanding sebelumnya.
Dari sisi perkembangan wabahnya, data Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta juga menunjukkan tren yang menurun. Sudah lebih sebulan Jakarta tak lagi menempati puncak sebagai pusat wabah.
Persentase kasus positif COVID-19 di Ibu Kota mencapai dua persen atau 2.132 kasus dari 106.613 orang yang dites usap berbasis "Polymerase Chain Reaction" (PCR) dalam sepekan, yakni 3-10 September 2021.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia, target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk tes PCR per pekan di Jakarta adalah minimum 10.645 orang.
Target ini telah Jakarta lampaui selama beberapa waktu terakhir. Dalam seminggu terakhir ada 106.613 orang dites PCR.
Dengan capaian persentase kasus positif COVID-19 selama sepekan di Jakarta sebesar dua persen itu juga berada di bawah standar maksimal dari WHO untuk kasus positif tidak lebih dari lima persen.
Jangan lengah
Meski kasus COVID-19 di Jakarta dan di Indonesia mulai terlihat terkendali, namun ia tetap mengingatkan masyarakat tidak lengah tapi tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes). Kerja sama semua pihak adalah kunci untuk memutus penularan COVID-19.
Begitu juga dengan vaksinasi sudah mencapai 10 juta orang di DKI mendapatkan vaksinasi dosis pertama dan 6,7 juta orang sudah divaksin dosis kedua. Namun warga yang telah divaksin pun tetap harus menerapkan protokol kesehatan.
Vaksinasi COVID-19 saat ini hanya mengurangi dampak keterpaparan virus tersebut. Artinya, masih terdapat kemungkinan tertular dan menularkan virus COVID-19 jika longgar terhadap protokol kesehatan dalam keseharian.
Baca juga: Pemkot Jakbar sidak 201 perusahaan, 20 ditutup karena melanggar prokes
Jumlah kasus aktif di Jakarta juga cenderung turun. Jumlah kasus aktif per Jumat (10/9) sebanyak 4.113 (orang yang masih dirawat/isolasi) setelah bertambah 208 kasus.
Sedangkan jumlah kasus positif bertambah 261. Total kasus konfirmasi sejak awal pandemi 2 Maret 2020 di Jakarta sebanyak 854.168 kasus.
Dari jumlah kasus positif tersebut, total orang yang dinyatakan telah sembuh sebanyak 836.644. Angka itu menunjukkan tingkat kesembuhan di Ibu Kota 97,9 persen.
Sebanyak 13.411 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 1,6 persen. Sedangkan tingkat kematian Indonesia sebesar 3,3 persen.
Angka-angka dengan tren cenderung menurun, setidaknya landai, tentu melegakan semua pihak. Namun kalau tidak disertai dengan pengendalian diri dan kesabaran justru bisa kembali menjerumuskan ke situasi seperti masa lalu.
Disiplin
Data menunjukkan, selama 1,5 tahun terakhir, wabah ini pernah beberapa kali landai di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta. Tetapi melonjak lagi karena faktor disiplin publik terhadap prokes.
Karena itu sayang sekali, bahkan beribu-ribu kali sayang, kalau tren perkembangan yang landai saat ini kembali naik. Padahal untuk mencapai keadaan seperti saat ini dibutuhkan waktu dan biaya yang teramat besar.
Seluruh sumber daya yang dimiliki pemerintah dan jajarannya telah sekuat tenaga dikerahkan untuk mengatasi wabah ini. Masyarakat dan berbagai komponen di dalamnya juga tercurahkan untuk ikut berperan mengatasi wabah dengan beragam dampaknya.
Berkaca dari perjalanan masa lalu selama 1,5 tahun wabah ini, tren landai merupakan masa yang masih teramat riskan dan rawan untuk menjalani aktivitas publik secara maksimal.
Baca juga: Dua tempat hiburan di Cilandak ditindak petugas karena langgar PPKM
Tampaknya masih butuh waktu untuk merasakan kehidupan betul-betul normal. Harapannya rentang waktu untuk merasakan kehidupan normal itu tidak terlalu lama.Baca juga: Dua tersangka pemalsu hasil "PCR" catut tiga rumah sakit di Jakarta
Sejak awal pengendalian wabah virus ini terlihat jelas berhadapan langsung dengan kecepatan penyebarannya. Tren landai ini bisa dicapai karena upaya pengendaliannya bisa diimbangi, bahkan kecepatan penyebarannya bisa ditekan.
Maka satu hal yang harus selalu diingat siapapun dalam adu kecepatan; mempertahankan apa yang telah dicapai lebih sulit dari mencapainya. Karena itu, tetap waspada dan jangan lalai, apalagi abai...
Pewarta: Sri Muryono
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021