Profesor Riccardo Polosa dari Universitas Catania, Italia, menyebut bahwa salah satu perbedaan antara dua penggunaan tembakau tersebut adalah tembakau yang dipanaskan memiliki kadar kimia yang lebih sedikit.
Baca juga: SMOORE menangkan Penghargaan MUSE 2021 untuk vape TA15
"Produk tembakau yang dipanaskan telah terbukti menghasilkan kadar zat kimia yang jauh lebih sedikit daripada rokok. Ada hipotesis bahwa dengan beralih dari rokok ke produk tembakau yang dipanaskan, peningkatan kesehatan secara klinis dapat diamati,” kata dia dilansir laman Nature, Senin.
Dari sisi cara kerja, produk alternatif atau tembakau yang dipanaskan bekerja dengan memanaskan tembakau pada suhu terkontrol di bawah 350 derajat Celcius. Dengan menjaga suhu tersebut, maka proses pembakaran tidak akan terjadi.
Dengan tidak adanya pembakaran dan asap, maka tembakau alternatif dapat menurunkan risiko terhadap kesehatan hingga 90-95 persen lebih rendah dibanding rokok bakar konvensional.
Lantas, apa bedanya dengan rokok elektrik semisal vape? Bedanya mereka dengan produk tembakau yang dipanaskan adalah vape memanaskan cairan nikotin (e-liquid).
Cairan tersebut dipanaskan atomizer atau sistem pemanas yang berada di dalam vape sehingga penggunanya menghirup nikotin dalam bentuk uap, bukan asap.
"Vape tidak berisiko tinggi karena berupa carian nikotin yang menguap,” kata Dr Konstantinos Farsalinos, peneliti dari University Patra Yunani seperti dikutip dari News Medical.
Baca juga: Asosiasi: Label peringatan kesehatan pada industri HPTL sudah tepat
Rokok
Berbeda dengan produk tembakau yang dipanaskan, rokok dikonsumsi melalui proses pembakaran.
Proses pembakaran tersebut menghasilkan ribuan senyawa berbahaya yang berpotensi meningkatkan risiko kesehatan di antaranya total aerosol residue (TAR), karbon monoksida, formaldehida, benzene, dan lain-lain.
Berdasarkan data National Cancer Institute Amerika Serikat, TAR mengandung berbagai senyawa karsinogenik pemicu kanker. Dari sekitar 7.000 bahan kimia yang ada pada asap rokok, 2.000 di antaranya terdapat pada TAR.
"Studi telah menunjukkan bahwa ketika suhu rokok naik, tingkat zat kimia berbahaya yang dihasilkan juga meningkat,” kata Profesor Victor Gurevich, Kepala Departemen Aterosklerosis, Fakultas Kedokteran, Universitas St Petersburg Rusia, dikutip dari allafrica.com.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, merokok berpotensi meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan stroke sebanyak dua sampai empat kali.
Perokok pria berpotensi terkena kanker paru-paru sebanyak 25 kali, sedangkan perokok perempuan sebesar 25,7 kali. Tak hanya itu, merokok juga dapat menyebabkan kanker di bagian tubuh lainnya seperti kandung kemih, darah, serviks, tenggorokan, hati, pankreas, perut, ginjal, dan ureter.
Baca juga: Asosiasi berharap regulasi produk HPTL berlandas kajian ilmiah
Baca juga: Riset: Pemahaman terhadap produk hasil olahan tembakau masih terbatas
Baca juga: Rokok elektronik lebih "aman" dari konvensional?
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021