Dihadiri Pendiri dan Ketua FPCI Dr. Dina Patti Djalal, Vice President of Huawei Asia Pacific Jay Chen, Menteri Luar Negeri Malaysia Dato’ Saifuddin Abdullah, dan Wakil Sekretaris Jenderal Masyarakat Ekonomi ASEAN Satvinder Singh, konferensi itu diikuti oleh lebih dari 1.100 peserta dari negara-negara Asia Tenggara, Inggris, Bangladesh, Australia, India, Serbia, Amerika Serikat, Liberia, dan Pakistan.
Pendiri dan Ketua FPCI Dr. Dino Patti Djalal dalam sambutannya mengungkapkan bahwa ekonomi digital akan bertumbuh signifikan pasca pandemi. Warga Asia Tenggara terlihat lebih terbiasa untuk mengonsumsi barang dan jasa lewat dunia maya.
Baca juga: Huawei Indonesia dianugerahi penghargaan di AI Summit 2021
Baca juga: Huawei Seeds for the Future 2021 kembali dihelat 8-15 November
Hal itu tercermin dari angka konsumsi online yang telah bertumbuh ke angka 174 miliar dolar AS di tahun 2021, atau meningkat 74 miliar dolar AS dibandingkan tahun lalu (100 miliar dolar AS). Dino juga menyampaikan bahwa berkat penetrasi internet dan ditandatanganinya berbagai perjanjian dalam bidang digital di kawasan ini, potensi ekonomi digital ASEAN akan mencapai angka 363 miliar dolar AS pada tahun 2025.
"Angka-angka itu menunjukkan pertumbuhan ekonomi digital yang luar biasa di Asia Tenggara. Diskusi yang digelar FPCI dan Huawei ini bertujuan melahirkan diskusi-diskusi yang inklusif antara pembuat kebijakan dan para ahli dari negara-negara Asia Tenggara maupun Tiongkok yang membahas perkembangan ekonomi digital terkini dan bagaimana arahnya ke depan," tegas Dino, Senin.
Menyatakan dukungannya terhadap pertumbuhan ekonomi digital ASEAN, Vice President of Huawei Asia Pacific Jay Chen menitikberatkan pada komitmen jangka panjang Huawei terhadap layanan komunikasi yang kritikal bagi kawasan ini.
Selain itu, penting pula untuk mengombinasikan konektivitas dengan cloud untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan mendorong ekonomi yang terintegrasi dengan teknologi digital demi menuju ASEAN yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
"Kita sekarang berada di sebuah situasi unik dalam sejarah, yaitu ketika kemampuan kita untuk membangun dunia yang canggih selaras dengan kemampuan kita dalam menjadikan dunia lebih hijau dan berkelanjutan," kata Jay Chen.
"Ekonomi hijau dan transformasi digital bisa dilebur untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan dengan cara menggabungkan kekuatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) seperti konektivitas, cloud, dan kecerdasan artifisial (AI)," kata Jay Chen.
Baca juga: Huawei Indonesia dianugerahi penghargaan di AI Summit 2021
"Dengan menjadikan visi Masyarakat Ekonomi ASEAN sebagai peta jalan, kita bisa bersama-sama menyelaraskan strategi ASEAN Digital Masterplan 2025 dan mencarikan jalan menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN yang ideal dan memiliki ketahanan tinggi,” kata Jay Chen.
Mengenai ASEAN Digital Masterplan, Sekretaris Jenderal Masyarakat Ekonomi ASEAN Satvinder Singh mengatakan bahwa kawasan Asia Tenggara telah mencapai setengah jalan rencana tersebut.
Sebesar 55 persen inisiatif yang harus diselesaikan pada tahun 2025 telah dicapai pada pertengahan tahun, menyisakan 35 persen yang sedang berjalan dan 10 persen yang masih harus dikerjakan.
Ia menambahkan, “Masyarakat Ekonomi ASEAN merepresentasikan sebuah visi untuk mengembangkan kawasan ekonomi yang terintegrasi dan kohesif bagi semua. Barang, jasa, investasi, dan bahkan SDM ahli bisa bergerak bebas di kawasan ini.”
Satvinder Singh memuji kolaborasi antara Huawei dan ASEAN, khususnya melalui program Seeds for the Future di kawasan Asia Tenggara. “Kami berharap, semakin banyak masyarakat ASEAN yang terdampak positif dari program ini.”
Senada, Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi di Badan Riset dan Inovasi Negara (BRIN) Republik Indonesia, Dr. Mego Pinandito mengatakan, “Kami berterima kasih kepada Huawei atas kolaborasi yang kami nikmati bersama selama ini, termasuk dalam mengundang BRIN ke konferensi ini."
"Teknologi sangat penting untuk mendukung ekonomi yang berkelanjutan, inklusif, dan setara, adil secara sosioekonomi, dan ramah lingkungan. Layanan kesehatan, pembangunan ekosistem yang produktif, dan pengurangan emisi gas rumah kaca termasuk dalam hal-hal yang perlu diperhatikan,” ujar Mego Pinandito.
Konferensi FPCI-Huawei ini menggarisbawahi tiga topik utama yang relevan: (1) Memetakan jalan menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN yang ideal, (2) Sinkronisasi strategi ekonomi digital di Asia Tenggara, antara lain MPAC, RCEP, dan ASEAN Digital Masterplan 2025, dan (3) Mengintegrasikan ekonomi digital dan transisi digital di Asia Tenggara, terutama implikasi bagi individu, komunitas, dan bisnis.
Konferensi itu menghadirkan pembicara terkemuka dari kalangan pemerintah, swasta, dan ahli, termasuk Minister of State for the Ministry of Trade and Industry and Ministry of Culture, Community and Youth of Singapore Low Yen Ling, Assistant Deputy Minister for Regional and Sub-Regional Economic Cooperation at Coordinating Ministry for Economic Affairs of Republic of Indonesia Netty Muharni, hingga Senior Economist at Southeast Asia Regional Department of Asian Development Bank James Villafuerte.
Hadir pula Head of Data Science and Advanced Analytics Bukalapak Andramica Priastyo, President of Strategy Marketing Department of Huawei Asia Pacific Region David Lu, Deputy for Research and Innovation Utilization at the National Research and Innovation Agency Dr. Mego Pinandito, Director Department for General Economic Issues and Integration Studies at Central Institute for Economic Management of Vietnam Nguyen Anh Duong, and Group Chief Executive Officer and Co-Founder of SKALI Tengku Farith Rithauddeen.
Untuk menonton kembali konferensi ini, silakan kunjungi digiconference2021.com dan masukkan kata kunci DC2021FH3.
Baca juga: Huawei dukung mitra pemasok tangkap peluang emas 5G
Baca juga: Huawei giatkan sinergi bantu Indonesia hadapi tantangan digital
Baca juga: Huawei Watch GT 3 terjual lebih 2000 unit hari pertama penjualan
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021