Hasil riset Pusat Penelitian Laut Dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan pusaran laut Banda berpengaruh besar terhadap induksi upwelling dan downwelling, serta proses penyerapan nutrisi dan klorofil-a perairan di sekitarnya.Lima pusaran di Laut Banda ditemukan selama Juni, Juli dan Agustus
"Selain dipengaruhi oleh Arus lintas Indonesia (Arlindo), Laut Banda juga dipengaruhi oleh pusaran yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan massa air, termasuk perairan di sekitarnya," kata Peneliti dari Pusat Penelitian Laut Dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Fadli di Ambon, Kamis.
Ia mengatakan riset terkait pusaran Banda dan hubungannya dengan klorofil-a selama musim tenggara pada periode normal dan El Nino–Osilasi Selatan (ENSO) antara tahun 2008-2010, menunjukkan dua pusaran searah jarum jam terjadi di utara Laut Banda dan tiga pusaran berlawanan arah jarum jam di bagian selatan.
Pusaran searah jarum jam ditemukan di kedalaman 20 meter menginduksi upwelling di perairan selatan Pulau Buru, Ambon, Haruku, Saparua dan Nusalaut. Sedangkan pusaran berlawanan arah jarum jam di selatan Laut Banda menghasilkan downwelling di perairan utara Pulau Wetar dan Yamdena.
Riset pada 2020 menggunakan permodelan sirkulasi laut proyek Infrastructure Development of Space Oceanography (INDESO) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) itu, juga menunjukkan upwelling, fenomena air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar bergerak dari dasar laut ke permukaan meningkatkan konsentrasi klorofil-a.
Baca juga: DFW: Atasi rumpon tanpa izin di Laut Banda
Baca juga: KKP tertibkan kapal ikan Indonesia tidak berizin di Laut Banda
Sebaliknya, downwelling atau fenomena air laut dengan suhu lebih hangat bergerak ke dasar laut, menurunkan konsentrasi klorifil-a yang merupakan pigmen fotosintesis penting bagi organisme di perairan.
"Dinamika Laut Banda dipengaruhi oleh pusaran yang berperan dalam percampuran massa air dan terhadap penyerapan nutrisi dari permukaan air. Dalam penelitian ini, lima pusaran di Laut Banda ditemukan selama Juni, Juli dan Agustus.
Dikatakannya lagi, Laut Banda dikategorikan sebagai laut besar dan dalam, dengan kedalaman rata-rata lebih dari 3.000 meter merupakan Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPP 714) yang terkenal dengan perikanan Tuna dan berpotensi menjadi lumbung ikan nasional Indonesia.
Perairan tersebut dipengaruhi oleh Arlindo dari bagian utara dan selatan Samudra Pasifik, angin monsun barat laut dan barat daya, ENSO atau variasi angin dan suhu permukaan laut di wilayah tropis belahan timur Samudra Pasifik yang ireguler dan berkala, dan pusaran laut.
Riset mengenai Laut Banda yang dilakukan bersama Selfrida Missmar Horhoruw, Agus Atmadipoera, Johanis Lekalette, Dwi Y Nugroho, Willem M Tatipatta dan Ferdimon Kainama, diharapkan dapat memberikan informasi terkini tentang pusaran Banda dan dampaknya terhadap kesuburan perairan tersebut.
"Pusaran Banda pada periode Monsun Tenggara berperan penting dalam menjaga keseimbangan massa air di Laut Banda, dan memiliki pengaruh kuat terhadap penyerapan nutrisi dari permukaan air," kata Muhammad Fadli.
Baca juga: Rumah bambu Banda, strategi selamatkan pasir dan biota laut (Bagian-1)
Baca juga: Rumah bambu Banda, strategi selamatkan pasir dan biota laut (Bagian-2)
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021