• Beranda
  • Berita
  • Unhas kukuhkan Prof Makbul Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam

Unhas kukuhkan Prof Makbul Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam

26 Januari 2022 18:22 WIB
Unhas kukuhkan Prof Makbul Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam
Prof Makbul memberikan pidato pada acara penerimaan gelar Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam di Makassar, Rabu, (26/1/2022). ANTARA/HO-Unhas/pri.

Penambahan guru besar kita harapkan semakin memberikan peran optimal.

Universitas Hasanuddin mengukuhkan Prof Dr dr Andi Makbul Aman, SpPD sebagai Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam, melalui rapat Paripurna Senat Akademik secara luring terbatas di Ruang Senat Akademik Gedung Rektorat, Unhas, Makassar, Rabu

Prof Malbul pada pidato penerimaannya menjelaskan tentang "Optimalisasi Pengobatan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 : Ditinjau dari Aspek Genetik dan Epigenetik".

Prof Makbul menjelaskan diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) akibat kurangnya sekresi insulin pankreas atau gangguan kerja insulin di perifer.

Hiperglikemia yang berlangsung kronik sesungguhnya sangat berbahaya karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi.

Terdapat dua bentuk utama dari DM, yakni tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus tipe I disebabkan karena kerusakan sel beta pankreas yang masif, sehingga menyebabkan kekurangan insulin yang absolut. Pengobatannya melalui suntikan insulin untuk mencapai kadar gula darah normal.

Baca juga: Guru Besar Unhas: Pembuktian obat tradisional jadi tantangan

Baca juga: Dua Guru Besar Unhas jadi anggota Komnas Pengkajian Sumber Daya Ikan


Sementara itu, diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik yang paling banyak ditemukan dan berkaitan erat dengan faktor genetik dan epigenetik.

"Penelitian saya berfokus pada DM tipe 2, dimana penyakit ini didasari oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan DM tipe 2 diantaranya obesitas, sedentary life style, asupan makanan berlebih, stres dan banyak lagi," katanya.

"Individu yang salah satu orang tua penyandang DM tipe 2 akan berisiko untuk menderita penyakit yang sama sebesar 40 persen, dan akan meningkat menjadi 70 persen bila kedua orang tua menderita DM tipe 2," sambungnya.

Lebih lanjut, Prof. Makbul mengatakan upaya mengontrol glukosa darah pasien DM tipe 2 adalah dengan perubahan gaya hidup sehat seperti pengaturan diet, olahraga teratur, penurunan berat badan dan pemberian obat anti diabetes.

"Saat ini, telah tersedia berbagai jenis obat anti diabetes, baik yang diberikan secara oral maupun secara injeksi dengan mekanisme kerja berbeda-beda," kata Guru Besar yang lahir di Bulukumba pada 23 Juni 1964 itu.

Faktor risiko utama untuk terjadinya DM tipe 2 tidak hanya didasarkan atas adanya interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Namun, juga bagaimana faktor lingkungan akan memengaruhi ekspesi gen.

Pemahaman yang lengkap terhadap proses epigenetik yang berperan terhadap patofisiologi terjadinya hiperglikemik pada pasien DM tipe 2 merupakan bagian krusial untuk mencegah terjadinya prediabetes.

Sementara itu, Rektor Unhas Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA mengatakan, Unhas berkomitmen untuk menghasilkan SDM berkualitas, termasuk peningkatan jumlah guru besar. Prof. Dwia menjelaskan pada 2021 lalu, Unhas menghasilkan 25 guru besar baru.

Hal ini merupakan wujud komitmen Unhas yang terus memaksimalkan SDM ungggul. Penambahan guru besar juga berdampak pada peningkatan hasil riset Unhas. Dengan konsep humaniversity, diharapkan seluruh sivitas akademika bisa terus memberikan komitmen dan kontribusi terbaiknya.

"Penambahan guru besar pada Fakultas Kedokteran kita harapkan semakin memberikan peran yang optimal. FK Unhas merupakan salah satu fakultas yang aktif terlibat mendukung Unhas sebagai kampus humaniversity," ujarnya.

Baca juga: Guru Besar Unhas terima penghargaan bintang jasa dari Kaisar Jepang

Baca juga: Rektor: Sulsel unik, Wali Kota dan Gubernurnya adalah guru besar

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022