Melalui keterangannya pada Kamis, Wood mengatakan prediksi pertama adalah kehadiran Secure Access Service Edge (SASE) sebagai gateway utama untuk menggabungkan dua jalur.
"Sekitar enam dari 10 perusahaan ingin menerapkan strategi SASE yang jelas pada tahun 2025. Karena perusahaan telah menetapkan fondasi yang jelas pada tahap awal pengadopsian di tahun-tahun sebelumnya, pasar kini akan melihat pemisahan pendekatan yang lebih jelas pada 2022 dan tahun-tahun sesudahnya," jelas Wood.
Adapun perusahaan-perusahaan besar akan meningkatkan fokus mereka pada keamanan, keandalan, dan kualitas pengalaman pengguna (user experience).
Di sisi lain, usaha kecil dan menengah cenderung tertarik pada penawaran SASE all-in-one, yang lebih memprioritaskan kesederhanaan dan pengintegrasian layanan melalui satu jalur ketimbang kemampuan-kemampuan canggih.
Pada kedua kasus tersebut, mitra SD-WAN terbaik untuk keamanan on-prem dan kemampuan menghadapi WAN akan menjadi kunci dalam memenuhi berbagai kebutuhan yang berbeda – mereka yang memiliki mitra keamanan untuk secure web gateway (SWG), layanan cloud access security broker (CASB), dan zero-trust network access (ZTNA) yang cloud-delivered sepenuhnya, akan diprioritaskan.
Baca juga: Aruba ESP, platform "cloud-native" pertama untuk "intelligent edge"
Lebih lanjut, prediksi selanjutnya adalah transisi ke Wi-Fi 6E akan lepas landas dan berkembang pesat pada 2022.
"Jaringan seluler 5G telah menjadi pusat perhatian pada tahun 2021, dengan implementasi nyata di kampus dan di perusahaan. Ini menjadi dasar untuk transisi cepat ke Wi-Fi 6E," kata Wood.
Ketika para karyawan di seluruh kawasan APAC mencatatkan kebutuhan yang lebih tinggi untuk bekerja secara hibrida, maka perusahaan-perusahaan dituntut untuk semakin konsisten memastikan bahwa melalui sistem tersebut para karyawan akan terhubung secara efektif dan efisien dalam mewujudkan tempat kerja kolaboratif yang ideal.
"Wi-Fi 6E memiliki kapasitas yang tinggi dengan tambahan spektrum baru 1200 MHz, dengan tetap mempertahankan kompatibilitas dengan teknologi sebelumnya," kata Wood.
Sejalan dengan adanya kebutuhan untuk bekerja secara hibrida, firma riset pasar terkemuka 650 Group memperkirakan unit Access Point Wi-Fi 6E untuk enterprise akan tumbuh lebih dari 200 persen pada 2022.
"Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan menyadari dengan cepat potensi 6E, terutama karena adanya ketergantungan terus-menerus terhadap aktivitas-aktivitas seperti video conference, telemedicine, dan pembelajaran jarak jauh," imbuhnya.
Prediksi ketiga adalah munculnya "microbranches" yang diperkuat dengan automasi AI, didorong oleh bekerja secara hibrida.
Saat pandemi mulai mereda, perusahaan-perusahaan di Asia akan mencari cara baru untuk membuat pekerjaan menjadi lebih menguntungkan dan bermanfaat melalui karyawan yang “produktif, di mana saja”.
Kenormalan baru ini akan mendorong munculnya microbranch atau “branch of one”.
"Kita menyaksikan berbagai perusahaan berebut memperluas VPN dan menjalankan remote access point (RAP) untuk menghubungkan para karyawan mereka yang mengalami lockdown selama masa-masa awal pandemi," kata Wood.
"Pada tahun 2022, kita akan melihat pertumbuhan yang luar biasa pada microbranch khusus yang menggabungkan akses Wi-Fi kelas enterprise dengan konektivitas multi-path WAN yang canggih dan AIOps mutakhir untuk menciptakan user experience yang andal dan konsisten," imbuhnya.
Penawaran microbranch ini akan memperluas jangkauan perusahaan ke "branch of one" secara aman.
Terakhir, adalah meningkatnya konsumsi model infrastruktur seperti Network-as-a-Service (NaaS).
"Pergeseran budaya terjadi tepat di depan mata kita – konsumen lebih menghargai 'pengalaman' alih-alih pada 'barang' dan menurunnya kebutuhan untuk 'memiliki barang' semakin jelas terlihat di masyarakat kita saat ini," kata Wood.
Pergeseran ini akan tampak di perusahaan-perusahaan pada tahun mendatang, di mana saat itu perusahaan akan semakin mengurangi fokus pada perangkat dan belanja modal (CAPEX) dan lebih fokus pada outcome bisnis dari investasi teknologi mereka.
Banyak perusahaan ingin memiliki fleksibilitas keuangan dan biaya yang lebih bisa diprediksi, sekaligus mampu meningkatkan efisiensi TI dan mengikuti perkembangan inovasi. Model konsumsi infrastruktur yang fleksibel memungkinkan semua ini.
Model ini sangat ideal bagi perusahaan-perusahaan yang belum sepenuhnya siap untuk mengambil risiko. Karena model ini menyediakan opsi "mencoba sebelum membeli", dan memungkinkan pengadopsian model-model baru dengan kecepatan yang bisa mereka sesuaikan.
"Hal ini akan mendorong peningkatan kebutuhan terhadap layanan-layanan berbasis konsumsi seperti NaaS pada 2022," kata dia.
Country Manager Indonesia Aruba, Robert Suryakusuma, menambahkan, komersialisasi 5G di Indonesia menjanjikan potensi yang besar walau bisa dikatakan masih pada fase-fase awal.
Seiring dengan upaya perluasan dan peningkatan konektivitas dan cakupan, pemanfaatan teknologi ini juga diproyeksikan akan merambah sektor industri dan manufaktur. Seiring bertumbuhnya pemanfaatan 5G, pengadopsian IoT dan connected device di Indonesia juga akan meningkat sehingga strategi Secure Access Service Edge (SASE) akan semakin diperhitungkan.
"Hal ini juga akan didorong oleh penerapan hybrid working yang ternyata disukai oleh banyak tenaga kerja di Indonesia, sehingga kebutuhan terhadap konektivitas yang cepat sekaligus aman akan menjadi sebuah keharusan," kata Robert.
Baca juga: Bekerja secara hibrida ciptakan fase arsitektural "edge-to-cloud"
Baca juga: Peningkatan Aruba ESP hadirkan keamanan dari Edge hingga Cloud
Baca juga: Cloud hingga AI diprediksi jadi tren pada fase normal baru
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022