• Beranda
  • Berita
  • Indonesia diprediksi jadi pemimpin e-wallet dan Paylater ASEAN 2025

Indonesia diprediksi jadi pemimpin e-wallet dan Paylater ASEAN 2025

23 Februari 2022 16:23 WIB
Indonesia diprediksi jadi pemimpin e-wallet dan Paylater ASEAN 2025
Ilustrasi. (Pexels)
Data dari International Data Corporation (IDC) InfoBrief yang didukung oleh 2C2P memprediksi akan ada tambahan seperempat milyar pengguna e-wallet baru di Asia Tenggara pada 2025, dengan Indonesia sebagai negara dengan tambahan pengguna terbesar sebanyak 130 juta pengguna baru.

Dari sisi pertumbuhan, Buy Now Pay Later (BNPL) pun tidak kalah populer. Indonesia, disebut akan menjadi pasar terbesar untuk BNPL se-Asia Tenggara pada 2025, dengan total belanja masyarakat menggunakan BNPL di e-commerce akan meningkat 8,7 kali lipat dibandingkan 2020.

Pemain payment gateway yang fokus pada penyediaan solusi pembayaran enterprise, 2C2P, melalui keterangan pers pada Rabu, menjelaskan bahwa evolusi metode pembayaran digital harus cepat dikejar oleh pelaku ritel guna mengakselerasi jangkauan bisnisnya.

"Hadirnya opsi baru seperti e-wallet dan BNPL memberikan akses kepada masyarakat yang sebelumnya belum tersentuh layanan keuangan konvensional. Jutaan pengguna baru ini adalah segmen baru yang perlu diakomodasi oleh para pelaku bisnis lokal," kata Country Head 2C2P di Indonesia, Adi Nugroho.

Baca juga: Salurkan Rp23,8 triliun, Kredit Pintar terus dorong inklusi keuangan

Baca juga: Langkah mudah transfer uang ke luar negeri ala Flip Globe


Dari survei yang dilakukan IDC di 2021, ditemukan bahwa adopsi digital payment terkini akan mampu tingkatkan penjualan merchant sebesar rata-rata 10 persen.

Adi menjelaskan, kini pemain besar di negara-negara ASEAN sudah mulai cepat beradaptasi dan mengejar perkembangan metode pembayaran alternatif.

Di Malaysia, transformasi yang dilakukan salah satu klien 2C2P yang bergerak di industri penerbangan menjadi contoh yang menarik untuk dilihat.

Kehadiran payment gateway yang aman dan terkoneksi menyeluruh mampu memperluas jangkauan perusahaan ke para pengguna metode pembayaran alternatif.

Jumlah pelanggan yang menggunakan pembayaran digital alternatif meningkat dari 10 persen ke hampir 30 persen terhadap total penjualan selama 2019.

Di negara lain seperti Thailand, kemunculan berbagai metode digital payment baru pun telah dikejar oleh pemain industri besar.

Salah satunya oleh pelaku industri pos, Thailand Post yang pada 2018 mampu meningkatkan daya saingnya dan memperluas market share dengan mengintegrasikan layanan e-wallet dan digital payment lainnya ke dalam layanan.

Belajar dari berbagai pengalaman partner 2C2P di berbagai negara, Adi merekomendasikan sejumlah langkah bagi pelaku ritel ketika memutuskan untuk mengadopsi digital payment seperti e-wallet dan BNPL.

Pertama, mengadopsi sistem yang dapat mendukung beragam metode pembayaran dan dapat dikustomisasi serta mendukung pembayaran domestik dan internasional di berbagai negara.

Lebih lanjut, konsolidasi pembayaran omnichannel dalam satu platform untuk optimalisasi operasional perusahaan.

Lalu, pastikan skalabilitas sistem pembayaran yang digunakan, sehingga mudah menyesuaikan dengan perubahan yang ada di sisi operasional, dan memilih partner penyedia sistem pembayaran dengan rekam jejak tinggi dari sisi keamanan data.

Baca juga: Riset: Fintech industri yang alami pertumbuhan karyawan tercepat

Baca juga: Peneliti: Standar permodalan fintech jangan hambat inklusi keuangan

Baca juga: DANA catatkan 95 juta pengguna pada tahun 2021

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022