• Beranda
  • Berita
  • TCWC: Tekanan rendah Laut Timor picu hujan lebat sebagian Indonesia

TCWC: Tekanan rendah Laut Timor picu hujan lebat sebagian Indonesia

23 Februari 2022 23:37 WIB
TCWC: Tekanan rendah Laut Timor picu hujan lebat sebagian Indonesia
Ilustrasi - Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjuk peta potensi gelombang tinggi hasil penginderaan Satelit Palapa C2 di Laboratorium BMKG Serang, Banten, Sabtu (11/7/2020). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/ hp.

pergerakan sistem sirkulasinya menuju ke arah selatan hingga barat daya

Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta memprediksi pola sirkulasi angin akibat adanya tekanan rendah di sekitar Laut Timor sebelah selatan Nusa Tenggara Timur, berpotensi memicu hujan lebat di sebagian wilayah Indonesia.

"Dalam 24 jam ke depan pola sirkulasi angin tersebut dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan gelombang di wilayah Indonesia," ujar Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Guswanto dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Rabu.

Guswanto mengatakan potensi hujan sedang hingga lebat disertai kilat/petir/angin kencang, dapat berdampak pada potensi terjadinya bencana hidrometeorologi di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku.

Selain itu juga memicu potensi gelombang tinggi sekitar 1,5-2,5 meter juga dapat terjadi di Perairan Selatan P. Sumba, Laut Sawu bagian selatan, Perairan Kep. Sabalana – Kep. Selayar, Laut Flores bagian barat, Perairan utara Flores.

Baca juga: BMKG sebut terjangan banjir di Aceh akibat tekanan rendah udara
Baca juga: BMKG: Tekanan rendah di NTT picu cuaca ekstrem di DIY

Kemudian potensi gelombang 2,5-4,0 meter dapat terjadi di Laut Banda, Perairan Kepulauan Sermata - Tanimbar, serta gelombang 4-6 meter di Laut Arafuru bagian barat.

Ia menjelaskan berdasarkan pantauan citra satelit cuaca Himawari-8, di wilayah sekitar sistem sirkulasi tersebut terlihat adanya pumpunan awan konvektif yang telah bertahan selama 12 jam terakhir namun belum terorganisir dengan baik membentuk sistem dengan pola sirkular. Hasil analisis angin per lapisan menunjukkan adanya pola sirkulasi pada lapisan bawah hingga menengah namun masih cukup melebar.

Pembentukan pola sirkulasi angin tersebut dipicu oleh terbentuknya area tekanan rendah dan diperkuat dengan adanya faktor konvektifitas udara yang signifikan di wilayah timur Indonesia sebagai dampak dari aktifnya fenomena gelombang atmosfer, yaitu; MJO (Madden Julian Oscilation), Gelombang Kelvin, serta Gelombang ER (Equatorial Rosbby) di wilayah timur Indonesia.

"Data model prediksi BMKG menunjukkan bahwa pergerakan sistem sirkulasinya menuju ke arah selatan hingga barat daya dan menjauhi wilayah Indonesia," ujar Guswanto.

Sementara itu, potensi sistem sirkulasi tersebut untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam periode 24 jam ke depan masih berada dalam kategori rendah dengan potensi peningkatan sirkulasi yang semakin terorganisir untuk periode 72 jam ke depan.

Baca juga: BMKG: Hujan di NTT dipicu tekanan rendah di pesisir Australia
Baca juga: Tekanan rendah di Samudra Hindia, beberapa wilayah potensi hujan lebat

Keberadaan sistem sirkulasi tersebut dapat membentuk daerah pertemuan dan belokan angin di wilayah Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, sebagian Jawa - Bali, NTB, NTT. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah pusat tekanan rendah dan di sepanjang daerah pertemuan dan belokan angin tersebut.

BMKG melalui Jakarta TCWC terus melakukan pemantauan perkembangan potensi Siklon Tropis dan aktivitas dinamika atmosfer lainnya beserta potensi dampak cuaca ekstremnya.

Terkait dengan potensi cuaca ekstrem tersebut, masyarakat diimbau untuk menghindari kegiatan pelayaran di wilayah perairan yang terdampak. Kemudian menghindari daerah rentan mengalami bencana seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang, tepi pantai, dan lainnya.

Selain itu mewaspadai potensi dampak seperti banjir/bandang/banjir pesisir, tanah longsor dan banjir bandang terutama di daerah yang rentan, dan stakeholder yang terkait kebencanaan untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait lainnya.

Baca juga: BMKG: Minimnya hujan di Sumba Timur akibat tekanan rendah di Australia

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022