Tawaran akuisisi yang bernilai 43 miliar dolar AS atau setara Rp621,3 miliar itu sudah diajukan sejak awal April dan hingga saat ini Twitter masih belum menanggapinya.
Mengutip Reuters, Senin, berdasarkan salah seorang sumber yang tidak bisa disebutkan namanya sebenarnya proses negosiasi untuk tawaran itu baru memasuki tahapan penjajakan.
Twitter tengah berupaya menyiapkan persyaratan yang lebih menarik sehingga penjualan perusahaan tersebut dimungkinkan untuk dilakukan bersama Elon Musk.
Baca juga: Bos Twitter minta karyawan tidak terpengaruh Elon Musk
Baca juga: Fitur "Edit" Twitter tetap dapat lacak riwayat cuitan
Tekanan datang dari para pemegang saham lainnya kepada Twitter usai CEO Tesla itu menguraikan rencana pembiayaan terperinci untuk penawarannya.
Para pemegang saham menilai ini bukan kesempatan yang harus dibiarkan berlalu begitu saja.
Meski demikian ada beragam ekspektasi yang muncul dari para pemegang saham untuk penawaran Elon Musk itu.
Sebut saja Pangeran Alwaleed bin Talal dari Arab Saudi yang merupakan pemegang saham jangka panjang Twitter mengharapkan penawaran perlembar saham yang lebih tinggi.
"Saya tidak percaya bahwa tawaran yang diajukan oleh Elon Musk (54,20 dolar per lembar saham) mendekati nilai intrinsik Twitter, mengingat prospek pertumbuhannya,” cuitnya di akun Twitter pada 14 April.
Namun para pemegang saham jangka pendek justru ingin buru- buru agar Twitter menerima tawaran Elon tanpa perlu berpikir lama- lama.
Beberapa dari mereka khawatir bahwa penurunan nilai saham teknologi serta kekhawatiran inflasi di tengah perlambatan ekonomi tidak bisa dihadapi oleh Twitter untuk memberikan nilai tambah pada perusahaannya.
"Saya akan mengatakan, ambil tawaran 54,20 dolar AS perlembar saham dan selesai," kata investor jangka pendek Twitter Sahm Adrangi yang juga manajer portofolio di Kerrisdale Capital Management.
Sejalan dengan pernyataan dalam surat yang dituliskan kepada Twitter oleh Elon, sang pemilik perusahaan SpaceX untuk perjalanan luar angkasa itu menyebut tawaran untuk Twitter itu menjadi yang terbaik sekaligus terakhir.
Saat ini Twitter masih menjalani skema bisnis "poison pill" atau pil beracun untuk tetap menjaga stabilitas harga sahamnya.
Twitter pun masih mencari tahu latar belakang Elon Musk khususnya terkait dengan penyelidikan yang dilakukan regulator yaitu Komisi Sekuritas dan Pertukaran Amerika Serikat (SEC) agar jika terjadi kesepakatan, maka tidak ada risiko yang tinggi seusai melepas Twitter.
Dikabarkan bahwa Elon tengah berhadapan dengan dugaan menyesatkan investor- investor Tesla pada empat tahun lalu agar ia bisa memiliki Tesla untuk kepemilikan pribadi.
Hal itu yang menjadikannya berurusan dengan SEC setelah akhirnya ia mengungkap keinginannya membeli saham Twitter sepenuhnya.
Baca juga: Twitter uji coba tombol "CC" untuk keterangan di video
Baca juga: Twitter siapkan kerja sama pembayaran via aset kripto
Baca juga: Jack Dorsey bersuara soal tawaran Elon Musk beli Twitter
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022