Sebanyak 3.000 ekor lebih sapi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur terkena penyakit mulut dan kaki (PMK), namun sebagian besar hewan yang sakit tersebut sudah dinyatakan sembuh.yang sembuh sudah 1.800-an dan jumlah hewan yang mati akibat PMK sebanyak 38 ekor
"Meski mengalami peningkatan, kasus PMK pada hewan ternak di Lumajang menunjukkan tren yang membaik karena banyak yang sembuh," kata Bupati Lumajang Thoriqul Haq kepada sejumlah wartawan di kabupaten setempat, Selasa.
Menurutnya semakin hari semakin banyak sapi yang sembuh dari ribuan sapi yang terkena penyakit mulut dan kuku, bahkan ada beberapa kecamatan yang tidak ada kasus PMK seperti di Kecamatan Tempursari.
"Kalau hewan ternak yang terpapar sekitar 3 ribuan lebih, tetapi yang sembuh sudah 1.800-an dan jumlah hewan yang mati akibat PMK sebanyak 38 ekor," ucap Bupati yang biasa disapa Cak Thoriq itu.
Baca juga: Pasar hewan di Lumajang disterilisasi cegah PMK jelang Idul Adha
Baca juga: Pemkab Lumajang screening sapi di perbatasan cegah wabah PMK
Ia menjelaskan pihaknya bersama Satgas Penanganan PMK berusaha semaksimal mungkin agar tidak ada penularan PMK di Lumajang, apalagi menjelang Hari Raya Idul Adha yang diperkirakan ada peningkatan permintaan hewan ternak sapi maupun kambing.
"Saya juga meminta fatwa kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) apakah sapi dengan gejala ringan bisa dijadikan hewan kurban atau tidak, yang gejala ringan itu dagingnya aman, tapi tidak untuk yang berat," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, perlu disampaikan bahwa konsumsi daging dengan PMK itu aman dikonsumsi kecuali jeroan, kepala dan kaki, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.
Untuk memutus rantai penyebaran kasus PMK pada hewan ternak, lanjut dia, Pemkab Lumajang mengimbau agar jual beli hewan ternak disertai dengan rekomendasi dokter hewan dan pasar hewan disemprot disinfektan.
"Saya akan berkonsultasi dengan Kejaksaan karena akan menggunakan anggaran belanja tidak terduga (BTT) untuk kegiatan kebencanaan untuk membeli obat untuk PMK ini dan desinfektan, saya juga meminta pertimbangan apakah pasar hewan akan dibuka atau tidak," tuturnya.
Baca juga: Puluhan ternak di Trenggalek terpapar PMK
Ia menjelaskan pihaknya bersama Satgas Penanganan PMK berusaha semaksimal mungkin agar tidak ada penularan PMK di Lumajang, apalagi menjelang Hari Raya Idul Adha yang diperkirakan ada peningkatan permintaan hewan ternak sapi maupun kambing.
"Saya juga meminta fatwa kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) apakah sapi dengan gejala ringan bisa dijadikan hewan kurban atau tidak, yang gejala ringan itu dagingnya aman, tapi tidak untuk yang berat," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, perlu disampaikan bahwa konsumsi daging dengan PMK itu aman dikonsumsi kecuali jeroan, kepala dan kaki, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.
Untuk memutus rantai penyebaran kasus PMK pada hewan ternak, lanjut dia, Pemkab Lumajang mengimbau agar jual beli hewan ternak disertai dengan rekomendasi dokter hewan dan pasar hewan disemprot disinfektan.
"Saya akan berkonsultasi dengan Kejaksaan karena akan menggunakan anggaran belanja tidak terduga (BTT) untuk kegiatan kebencanaan untuk membeli obat untuk PMK ini dan desinfektan, saya juga meminta pertimbangan apakah pasar hewan akan dibuka atau tidak," tuturnya.
Baca juga: Puluhan ternak di Trenggalek terpapar PMK
Baca juga: Pemkab Pasuruan minta pedagang tidak ambil sapi daerah wabah
Cak Thoriq mencontohkan kejadian di daerah lain yang masih membuka pasar hewan terjadi percepatan penularan PMK karena ada ternak dari Lumajang yang diduga sakit di sana.
"Kami akan berupaya maksimal untuk mencegah meluasnya penularan wabah PMK di Kabupaten Lumajang dan mengimbau para peternak supaya merawat sapi ternaknya dengan sungguh-sungguh," katanya.
Sementara salah satu peternak sapi perah Desa Kandang Tepus, Kecamatan Senduro, Kariasan mengatakan sapi ternaknya terjangkit PMK dan berkonsultasi dengan dokter hewan, kemudian memberikan obat dan memberikan jamu herbal untuk hewan ternak.
"Saya terus berusaha merawat sapi saya selama 14 hari dan ditangani oleh dokter semua, alhamdulillah banyak yang sembuh," katanya.
Baca juga: Pemkot Bogor tutup pasar hewan di Bubulak akibat 7 sapi bergejala PMK
Cak Thoriq mencontohkan kejadian di daerah lain yang masih membuka pasar hewan terjadi percepatan penularan PMK karena ada ternak dari Lumajang yang diduga sakit di sana.
"Kami akan berupaya maksimal untuk mencegah meluasnya penularan wabah PMK di Kabupaten Lumajang dan mengimbau para peternak supaya merawat sapi ternaknya dengan sungguh-sungguh," katanya.
Sementara salah satu peternak sapi perah Desa Kandang Tepus, Kecamatan Senduro, Kariasan mengatakan sapi ternaknya terjangkit PMK dan berkonsultasi dengan dokter hewan, kemudian memberikan obat dan memberikan jamu herbal untuk hewan ternak.
"Saya terus berusaha merawat sapi saya selama 14 hari dan ditangani oleh dokter semua, alhamdulillah banyak yang sembuh," katanya.
Baca juga: Pemkot Bogor tutup pasar hewan di Bubulak akibat 7 sapi bergejala PMK
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022