Dunia hadapi krisis air bersih dan pangan

21 Juni 2022 11:48 WIB
Dunia hadapi krisis air bersih dan pangan
Sekjen Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI Mohammad Zainal Fatah (baju batik) menerima cendera mata dari Rektor UMM Fauzan (ANTARA/HO-UMM)
Sekjen Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI Mohammad Zainal Fatah mengemukakan dunia internasional sedang menghadapi tantangan perubahan iklim, seperti krisis air bersih dan pangan.

"Untuk menanggulangi krisis air bersih dan pangan tersebut, pemerintah mulai melakukan mitigasi, salah satunya membangun infrastruktur untuk mengatur kecukupan air bersih dan pangan di Tanah Air," katanya saat memberikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) seperti dikutip dalam rilis yang diterima di Malang, Jawa Timur, Selasa.

Ia mengemukakan hal itu di depan ribuan mahasiswa UMM yang mengikuti kuliah umum di dome kampus setempat pada Senin (20/6).

Ia mengatakan kebutuhan air global terus meningkat, bahkan mencapai 55 persen sampai tahun 2050. Oleh karena itu, melalui Kementerian PUPR, pemerintah mulai membangun beberapa infrastruktur untuk mengatur kecukupan pangan dan air di Indonesia.

Menurut dia, banyak faktor yang memengaruhi peningkatan kebutuhan air tersebut, seperti perubahan sistem pertanian, tata kelola kota, dan gaya hidup.

“Kebutuhan air meningkat, namun ketersediaan air bersih semakin menipis," ujarnya.

Ia mengemukakan banyak sungai dan danau yang tercemar. Namun, secara keseluruhan Indonesia masih pada tahap aman yang dilambangkan dengan warna hijau. Hanya saja, untuk beberapa daerah di Jawa dan Sulawesi sudah menjadi daerah berwarna kuning.

"Ini yang perlu kita waspadai ke depannya,” ucapnya.

Baca juga: KLHK: Kolaborasi dibutuhkan semua pihak hadapi dampak perubahan iklim

Untuk menanggulangi krisis air, kata Zainal, PUPR telah membangun bendungan. Hujan yang terjadi di Indonesia dapat menghasilkan 2,73 triliun meter kubik air per tahun, namun yang bisa dimanfaatkan sebagai air bersih dan layak konsumsi tidak sebanding dengan yang dihasilkan dari air hujan.

Kondisi ini, lanjutnya, tertinggal dari Amerika Utara yang mampu menampung cadangan air sebanyak 6.000 meter kubik air per tahun atau Australia yang mampu menyimpan air sebanyak 4.700 meter kubik air per tahun.

Pembuatan bendungan ini akan menjadi solusi pemerintah untuk menjaga ketersediaan air bersih di Indonesia. Saat ini, pemerintah telah menyelesaikan pembangunan 20 bendungan.

"Rencananya kami membangun 61 bendungan sampai tahun 2024. Selain untuk menjaga ketersediaan pangan, pemerintah juga telah menetapkan daerah produksi pangan yang bertujuan untuk menyokong kebutuhan pangan daerah maupun nasional,” kata Zainal.

Baca juga: Perubahan iklim berpotensi sebabkan kerugian ekonomi akibat krisis air

Menyinggung respons masyarakat terkait pembangunan yang masif, ia mengatakan pembangunan infrastruktur di Indonesia memiliki empat peran utama, yakni sebagai lintas sejarah peradaban di masa mendatang, peningkatan daya saing dengan negara lain, dengan banyaknya infrastruktur diharapkan bisa memudahkan akses antardaerah dan mempererat persatuan bangsa, dan pemerataan keadilan sosial.

Rektor UMM Fauzan mengatakan dalam menyiapkan mahasiswa di masa mendatang, UMM telah menyiapkan dua skema pembelajaran.

Skema pertama, kata dia, pembelajaran akademik yang berlangsung selama perkuliahan dan kedua, melalui kompetensi kepemimpinan yang dibangun di organisasi maupun kegiatan lain seperti kuliah umum ini.

"Potensi dan bakat mahasiswa juga terus didukung, salah satu caranya adalah dengan membentuk berbagai pusat unggulan. Selain mendukung bakat mahasiswa, program pusat unggulan ini hadir untuk meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan dunia industri. Pusat keunggulan ini dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa dan tak terbatas pada jurusan mahasiswa,” kata Fauzan.

Baca juga: Kementerian PUPR bangun empat bendungan baru pada 2022
Baca juga: Hingga 2024, PUPR bangun 61 bendungan guna naikkan kapasitas irigasi

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022