"96 persen wilayah yang sudah memasuki musim kemarau tersebar di 22 zona musim (zom) dari total 23 zom di NTT," kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang BMKG Rahmattulloh Adji ketika dikonfirmasi di Kupang, Selasa.
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan perkembangan musim kemarau 2022 di wilayah Nusa Tenggara Timur yang diperbaharui per 31 Juli.
Rahmattulloh menyebutkan hanya ada satu zom di NTT yang belum memasuki musim kemarau yaitu zom 262 di Pulau Timor yaitu di sekitar Kabupaten Kupang bagian utara dan Kabupaten Timor Tengah Utara bagian selatan.
Ia mengatakan sebagian besar wilayah yang sudah memasuki musim kemarau ini menghadirkan potensi ancaman kekeringan yang berdampak pada kekurangan air bersih.
Baca juga: BMKG sampaikan peringatan dini bencana kekeringan di NTT
Baca juga: BMKG: Dua wilayah di NTT belum memasuki musim kemarau
Oleh karena itu, masyarakat perlu melakukan upaya antisipasi dampak kekeringan berupa menambah persediaan air untuk memenuhi kebutuhan selama musim kemarau.
Kegiatan pertanian, kata dia perlu diutamakan pada tanaman yang tidak membutuhkan banyak air yang berpeluang memberikan hasil untuk dipanen.
Selain itu masyarakat di NTT juga perlu mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan yang bisa meluas dengan cepat di saat musim kemarau.
"Hindari aktivitas yang memicu titik api di area terbuka sehingga tidak memicu kebakaran hutan dan layan yang akan lebih sulit dikendalikan saat kemarau," katanya.
Rahmattulloh mengatakan sementara masyarakat di wilayah yang belum memasuki musim kemarau dapat memanfaatkan potensi curah hujan yang tersisa untuk menambah persediaan air bersih.
Ia mengimbau agar masyarakat dapat menampung air hujan sebanyak mungkin yang bisa dimanfaatkan sepanjang musim kemarau.
Baca juga: NTT antisipasi karhutla pada musim kemarau
Baca juga: BMKG: Dua wilayah di NTT berstatus awas kekeringan meteorologis
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022