• Beranda
  • Berita
  • Pakar kemukakan tujuh aspek penting BIAN 2022 bagi tumbuh kembang anak

Pakar kemukakan tujuh aspek penting BIAN 2022 bagi tumbuh kembang anak

21 Agustus 2022 08:33 WIB
Pakar kemukakan tujuh aspek penting BIAN 2022 bagi tumbuh kembang anak
Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama. ANTARA/HO-YARSI/am.

imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas penting

Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan tujuh aspek penting dalam penyelenggaraan Program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) 2022 bagi tumbuh kembang anak.

"Pertama, imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas penting untuk masyarakat dalam menjaga kesehatan anak bangsa, selain juga untuk menanggulangi angka kematian anak," kata Tjandra Yoga Aditama melalui pernyataan tertulis yang dikonfirmasi di Jakarta, Ahad.

Tjandra mengatakan Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) memang merupakan penyebab kematian dan kecacatan anak di banyak negara, termasuk di Indonesia.

Aspek kedua, imunisasi rutin tidak hanya menciptakan kekebalan tubuh tetapi juga bisa memutus mata rantai penularan penyakit pada anak.

Baca juga: UNICEF gandeng jurnalis Sulsel sukseskan BIAN 2022
Baca juga: Dinkes Sulsel imunisasi anak menjangkau wilayah terpencil


Aspek ketiga, imunisasi merupakan salah satu bentuk kegiatan promotif preventif serta bentuk nyata komitmen pemerintah bersama masyarakat untuk mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) goal 3, Kesehatan dan Kesejahteraan.

"Lebih tepatnya untuk mencapai target 3.2 pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH (kelahiran hidup) dan angka kematian balita 25 per 1.000," ujarnya.

Aspek keempat, keberhasilan penting program imunisasi di masa yang lalu adalah membebaskan masyarakat dari penyakit cacar pada 1974.

Tjandra yang juga Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara mengatakan kasus terakhir cacar di Indonesia ditemukan pada 1972 dan pada 1974 Indonesia secara resmi dinyatakan negara bebas cacar.

Baca juga: Kemenko PMK: Peran ibu tentukan keberhasilan imunisasi anak
Baca juga: Kemenko PMK: Kolaborasi lintas sektor kunci sukseskan BIAN

Aspek kelima, tahun 1977 sampai 1980 mulai diperkenalkan imunisasi BCG, DPT dan TT secara berturut-turut untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit Tuberkulosis pada anak, difteri, pertusis, dan tetanus neonatorum.

"Kemudian berkembang lagi dengan lima vaksin yang diberikan program imunisasi pada bayi dan anak Indonesia untuk mencegah tujuh penyakit menular, yaitu Tuberkulosis, Polio, Difteria, Pertusis, Tetanus, Campak, dan Hepatitis B," katanya.

Aspek keenam, BIAN 2022 antara lain meliputi pemberian imunisasi tambahan Campak-Rubela serta melengkapi dosis Imunisasi Polio dan DPT-HB-Hib yang terlewat.

Menurut Tjandra, program tersebut diwujudkan sebagai upaya menutup kesenjangan imunitas anak dengan melakukan hamonisasi kegiatan imunisasi tambahan campak-rubela dan imunisasi kejar (OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib).

"Aspek ketujuh, penyelenggaraan program imunisasi di dunia dan tentunya juga di negara kita telah didasarkan melalui telaah secara ilmiah dan menggunakan vaksin yang terbukti aman dan berkualitas," katanya.

Baca juga: Kemenko PMK: Anak-anak fase terpenting imunisasi cegah penyakit

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022