"Namun, ketika mengalami kondisi imbalance, tanda yang muncul pada setiap orang tidak spesifik. Gejala yang mudah muncul bisa saja dari kulit," kata Medical Executive PT Kalbe Farma Tbk itu melalui siaran persnya, Rabu.
Baca juga: Konsumsi jamur putih jadikan tubuh bugar dan cegah kanker
Baca juga: Kenali bahan-bahan dalam produk "skincare" dan fungsinya
Antioksidan merupakan senyawa yang memperlambat, mencegah dan menangkal radikal bebas. Sedangkan radikal bebas adalah molekul yang tidak stabil dan reaktif.
Della mengatakan, apabila jumlah radikal bebas banyak di dalam tubuh, maka molekul ini akan merusak sel-sel dalam tubuh sehingga menimbulkan banyak peradangan.
Antioksidan dalam tubuh yang kurang akan berisiko menyebabkan free radical-antioxidant imbalance yang dapat menimbulkan stres oksidatif atau keadaan ketidakseimbangan antara tingginya radikal bebas dan rendahnya antioksidan.
Sementara itu, tingginya jumlah kandungan radikal bebas dalam tubuh, disebabkan hasil metabolisme, proses bernapas yang sulit dicegah, polusi, kandungan kimia, hingga alkohol. Kondisi tak seimbang antara antioksidan dan radikal bebas dapat menyebabkan sakit dengan gejala selain pada kulit, juga berupa tubuh mudah kelelahan.
Menurut Della, kondisi ini dapat dicegah dengan mengatur produksi antioksidan dari dalam tubuh, seperti gluthation peroksidase atau mengonsumsi suplemen antioksidan.
Baca juga: ASNI: Anak obesitas perlu perbanyak asupan antioksidan selama pandemi
Baca juga: Saran dokter gizi soal makanan berantioksidan yang baik buat kulit
Baca juga: Riset Unair temukan kandungan antioksidan terbaik pada teh hijau
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022