• Beranda
  • Berita
  • Asa raih cita-cita Indonesia jadi kiblat fesyen muslim dunia

Asa raih cita-cita Indonesia jadi kiblat fesyen muslim dunia

13 Desember 2022 10:39 WIB
Asa raih cita-cita Indonesia jadi kiblat fesyen muslim dunia
Koleksi busana dari desainer Barli Asmara yang ditampilkan dalam "Fashion Parade 3" di Jakarta Muslim Fashion Week 2023 di ICE BSD, Kamis (20/10/2022). ANTARA/Livia Kristianti.

..semakin dekat impian Indonesia untuk menjadi pusat tren fesyen muslim dunia

Indonesia semakin mantap menatap dan merengkuh predikat sebagai kiblat fesyen muslim dunia setelah melihat karya-karya anak bangsa dalam industri ini beberapa tahun terakhir.

Cita-cita itu makin diperkuat oleh pernyataan Wakil Presiden Ma'ruf Amin kala membuka pagelaran Jakarta Muslim Fashion Week 2023 beberapa waktu lalu.

Dalam kesempatan itu, ia mengutarakan keinginannya menjadikan Jakarta ataupun kota lainnya di Indonesia bisa menempati posisi pertama dalam hal fesyen muslim layaknya prestasi London, Paris, hingga New York yang sudah lama menjadi kiblat fesyen global.

Pernyataan tersebut diutarakan bukan tanpa alasan karena dalam sepuluh tahun terakhir industri fesyen muslim di Tanah Air berkembang sangat pesat.

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin harap Jakarta jadi ibu kota busana muslim dunia

Dimulai dari kontribusi bagi perekonomian di lingkungan sekitar lokasi usaha, fesyen muslim memainkan peran yang signifikan dalam hal ekspor.

Tercatat dalam neraca perdagangan semester pertama 2022, kontribusi fesyen muslim tergolong signifikan dengan nilai mencapai 2,8 miliar dolar AS atau setara Rp43,5 triliun.

Nilai tersebut naik 39,86 persen dibandingkan dengan periode sama pada 2021 yang sebesar 2,04 miliar dolar AS.

Pertumbuhan industri fesyen muslim itu juga tak terlepas dari makin banyaknya kontribusi pelaku usaha dan desainer lokal yang terus berkembang secara kreatif.

Pada pagelaran-pagelaran fesyen kelas internasional, mulai banyak desainer dan jenama fesyen lokal Indonesia ikut ambil bagian mengenalkan fesyen muslim Indonesia.

Sebut saja seperti desainer Itang Yunasz yang karyanya melenggang bersama model di New York Fashion Week (NYFW) 2019, lalu ada jenama Khanaan dan Vivi Zubedi yang tampil di Dubai Fashion Week (DMFW) 2021.

Terbaru ada jenama Klamby yang memadukan tenun dan juga modest wear untuk dipamerkan di London Fashion Week 2022.

Dengan langkah tersebut, semakin dekat impian Indonesia untuk menjadi pusat tren fesyen muslim dunia.

Baca juga: JMFW, "perahu" Indonesia menjadi kiblat fesyen Muslim dunia

Pemekaran potensi

Dalam "State of the Global Islamic Economy Report" yang dikeluarkan pada 2022, tercatat secara global modest fashion yang identik dengan pakaian muslim mengambil peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi.

Menempati posisi ketiga sebagai industri yang paling diminati masyarakat muslim di seluruh dunia, pada 2021 tercatat modest fashion meraih pendapatan 295 miliar dolar AS secara global.

Pada 2025, angka itu diperkirakan akan bertumbuh hingga 6,1 persen di 2025 dengan nilai sebesar 375 miliar dolar AS.

Indonesia, yang masuk dalam jajaran pelaku usaha fesyen muslim terbesar di dunia, tentunya harus mengambil bagian dalam pertumbuhan industri tersebut.

Pemekaran potensi fesyen muslim Tanah Air menjadi kunci untuk mencapai cita-cita memimpin pasar global.

Salah satu langkah yang diambil pemerintah untuk memekarkan potensi itu ialah dengan menghelat panggung khusus bagi para pelaku industri fesyen lokal.

Berbagai kementerian, dinas, dan lintas sektor saling berkolaborasi untuk menghadirkan pekan mode.

Panggung itu tidak hanya menjadi ajang apresiasi dalam berkarya bagi pelaku industri, tapi juga dapat menciptakan standar bagi fesyen muslim dan mampu menstimulasi pertumbuhan talenta kreatif di industri ini.

Sebut saja seperti Muslim Fashion Festival (MUFFEST) yang melibatkan Kementerian Perindustrian hingga Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) yang digelar oleh Kementerian Perdagangan.

Dukungan pemerintah dalam hal lain seperti peningkatan kapasitas untuk manajemen bisnis hingga membuka akses pasar yang lebih luas bagi pelaku usaha juga perlu diperbanyak.

Baca juga: Kemenperin bidik industri fesyen muslim Indonesia jadi pemain global

Seperti diakui pendiri jenama fesyen muslim Kami, Istafiana Candarini, bahwa pemerintah sudah mengambil banyak peran dalam pengembangan kapasitas yang sangat bermanfaat bagi pelaku usaha UMKM fesyen.

"Kami cukup banyak mendapatkan akses ke pelaku industri terkait seperti pengusaha benang ataupun kain karena adanya kontribusi pemerintah yang menjembatani dirinya untuk berkolaborasi," katanya.

Tentunya langkah serupa harus tersedia lebih luas sehingga pengembangan talenta fesyen muslim di Tanah Air bisa berkelanjutan dan tersedia untuk semua kalangan, baik pelaku industri pemula hingga yang tergolong dalam kategori profesional.

Selain dukungan dari pemerintah, pemekaran potensi fesyen muslim juga harus dilakukan secara proaktif oleh para pelaku usahanya.

Jika mungkin satu dekade lalu, sistem kompetisi menjadi cara kerja industri. Maka di era serba canggih ini, kolaborasi menjadi kunci bagi para pelaku usaha menumbuhkan usahanya di segala jenis industri tak terkecuali fesyen muslim.

Kolaborasi kini diibaratkan sebagai simbiosis mutualisme dalam praktik biologi. Artinya, kedua belah pihak yang terlibat saling diuntungkan.

Bagi dua pihak pelaku usaha, adanya kolaborasi bisa menjadi ajang untuk saling memantaskan diri. Memantaskan diri dalam artian menghadirkan standar terbaik untuk produknya atau saling memberi masukan untuk ide kreatif yang akan menjadi karya.

Kolaborasi tentunya bisa berlaku tidak hanya untuk sesama pelaku usaha tapi juga dengan pemangku kepentingan lainnya di ekosistem fesyen muslim.

Misalnya, kolaborasi platform pasar daring dengan pelaku usaha, atau pemerintah dengan pelaku usaha, maupun pemerintah dan pasar daring.

Skema kolaborasi sebenarnya sudah terbukti ampuh di Indonesia selama pandemi COVID-19.

Kini setelah pandemi makin terkendali, skema ini sepertinya semakin langgeng dan makin berkembang serta mampu mendorong kontribusi positif bagi negara.

Baca juga: Wamendag: Fesyen Muslim berkontribusi dalam neraca perdagangan

Dalam pemekaran potensi fesyen muslim, pelaku usaha juga bisa mengambil peluang dari sisi budaya. Wastra khas dari berbagai daerah di Indonesia bisa dimanfaatkan untuk menjadi dasar pembuatan produk fesyen muslim.

Sebagai contoh ada batik dan tenun yang sudah tersebar di berbagai daerah di Nusantara. Warisan budaya itu bisa diolah menjadi lebih indah dengan ide-ide kreatif para pelaku industri lokal.

Tidak hanya untuk menjadi pakaian saja, namun juga sebagai aksesoris yang dapat menjadi pemanis.

Desainer jenama fesyen Nadjani sepakat bahwa modest fashion tidak terbatas lagi pada pakaian yang menutupi sebagian besar bagian tubuh, tapi juga menjadi medium ekspresi dengan mix and match produk fesyen sehingga akan banyak tren baru bermunculan.

Pemanfaatan wastra nusantara dalam fesyen muslim juga mampu memberikan keunggulan bagi Indonesia.

Selain bisa menghadirkan keunikan dari jenis kain, juga dapat mengenalkan budaya Indonesia ke mancanegara dengan lebih bergaya.

Posisi Indonesia terbilang menguntungkan apabila mampu memekarkan potensi-potensi yang kini sudah dimilikinya.

Dengan terus bergerak maju bukan tidak mungkin asa Indonesia menjadi kiblat fesyen muslim dunia bisa terwujud dan menorehkan prestasi membanggakan bagi bangsa, tidak hanya dalam citra fesyen tetapi juga sumbangsihnya bagi perekonomian nasional.

Baca juga: Kowani: Pengusaha fesyen muda bantu Indonesia lewati krisis global

Baca juga: Gen Z lebih menyukai tampilan fesyen muslim yang "clean" di 2023

Baca juga: Wamendag sebut JMFW 2023 wujud nyata kembangkan industri fesyen muslim

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022